Pendakian Gunung Sumbing 3371 mdpl dan Gunung Prau (yang ke-2 kalinya) 2565 mdpl

Rencana pendakian ini sebetulnya akibat dari gagalnya kita (gue, rifky, dan aldi) mendapaktkan simaksi dari TNGGP Gunung Gede untuk pendakian tanggal 22-23 November 2014. Untuk menutupi kekecewaan, maka saat itu kita bertiga berunding ngomongin enak nya kemana ni ya kita ngedaki, secara jiwa raga gue tetiba pengen banget ngelangkah menuju puncak gunung lagi. Saat itu kami memutuskan untuk mendaki Gunung Sindoro di wilayah perbatasan Temanggung-Wonosobo. Ternyata gunung tersebut sedang ditutup akibat dari sering keluarnya asap beracun dari kawah. Yasudah dari pada ambil resiko, kita cari gunung yang lain. Saat itu pula kami memutuskan untuk memilih gunung dari tetangga sindoro, gunung yang terkenal treknya cukup curam dan panjang, tidak adanya sumber air dan sering terkena badai, yap Gunung Sumbing 3371 mdp di wilayah Garung.


Rabu, 19 November 2014

Pagi hari gue sudah disibukan harus packing trus siangnya kuliah. Packing ngebut saat itu dan hasilnya cukup membuat carrier 60 liter gue berdiri tegak. Kami berangkat menuju basecamp gunung Sumbing yang berada di Dusun Garung dengan menggunakan kereta. Kami menaiki kereta progo dan turun di stasiun Purwokerto keesokan harinya

Kamis, 20 November 2014

Sesampainya di stasiun Purwokerto jam setengah 5 pagi, kami packing ulang di mushola stasiun dengan harapan sesampainya di basecamp kami hanya istirahat tanpa harus packing lagi dan memulai penanjakan.
 
Packing Ulang
Dari stasiun purwokerto kita menuju terminal purwokerto dengan angkot. Saat itu resenya adalah harga angkot sudah naik akibat dari kenaikan BBM. Sesampainya di Terminal Purwokerto, kami menaiki bus yang ke arah Wonosobo dengan harga 30rb. Tadinya kami mau naik bus yang langsung ke arah Semarang supaya turun langsung di depan Garung, ternyata bus-bus tersebut pada "mogok" akibat harga solar yang mahal. Selama 3 jam perjalanan kami tiba di Terminal Wonosobo dan langsung dapat bus yang mengarah ke Magelang dengan harga 10rb. Bilang saja dengan keneknya turun di Garung, penanjakan sumbing dan mereka akan ngerti. Selama 45 menit perjalanan akhirnya kami tiba di depan Dusun Garung. Basecamp sumbing tidak terlalu jauh dari jalan raya utama, hanya berjarak 500 meter dan kami tiba di basecamp. Menurut kami, basecamp ini sangat nyaman, ada lapak tidur dengan terpal untuk orang banyak (bisa 20 orang kurang lebih) Toilet yang bersih, banyak dan penjaga basecamp yang ramah bila diajak mengobrol. Dengan membayar 6ribu rupiah untuk perijinan dan retribusi air bersih, kami sudah mengantongi izin dan peta untuk pendakian Gunung Sumbing.


Lapak untuk tidur atau istirahat


Kamar mandi yang banyak dan bersih
Tepat pukul 1 siang kami melakukan penanjakan. Kami memutuskan untuk melalui jalur lama. Lama perjalanan dari basecamp menuju pos 1 malim waktu normal adalah 3 jam. Selain medan yang cukup jauh, jalurnya pun juga cukup curam, tetapi jalurnya sudah bebatuan yang ditata rapi. Baru melewati kompleks makam, cuaca yang pada saat itu cerah berbinar langsung menghitam dan tanpa basa-basi langsung byuur, kami pun panik sebab tidak ada tempat untuk meneduh, kanan kiri hanyalah ladang milik warga saja. Ditengah guyuran hujan yang amat deras dan angin kencang, kami mengenakan jas hujan yang alhasil tas kita pada basah semua (belum sampe pos udah kuyup). Perjalanan kami lanjutkan dan ternyata angin bertiup amat kencang sehingga membuat kami susah untuk melihat kedepan. Akibat cuaca yang amat buruk ini (diluar prediksi kami), kami tidak ingin ambil resiko. Akhirnya hanya beberapa meter sebelum pos 1, kami saling merembuk apakah kami akan tetap lanjut atau tidak. Akhirnya keputusan kami adalah untuk turun.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kami memutuskan untuk tidak melanjutkan. Pertama karena si rifky itu orang yang baru banget naik gunung, dan dia keliatan capek banget plus basah kuyup sampe seisi tasnya gara-gara rain covernya jebol. Kedua dari gue sendiri uda ngerasa ga enak dari feeling plus gue ngerasa sedikit hipotermia gara-gara basah kuyup, alhasil saat itu juga gue ganti baju semuanya dan pake jaket. Ketiga si aldi yang uda sering naik gunung pun juga wanti-wanti, sebab kabut turun amat tebal, jarak pandang hanya 2 meter dari kami dan itu sangat membahayakan jika jalan pada malam hari. Ga berselang lama ternyata ada rombongan pendakin dari Tangerang Selatan yang baru turun. Kami pun saling ngobrol dan ternyata mereka butuh 3 hari 2 malam untuk sampai puncak dan turun lagi karena cuaca yang amat buruk. Sunggu diluar prediksi kami yang hanya 2 hari 1 malam cukup, logistik kita pun sangat kurang untuk pendakian 3 hari 2 malam. Saat itu juga kami turun bareng rombongan dari tangsel itu sekitar jam 7 malam dan sampai di basecamp lagi jam 9 malam langsung bikin makanan rame-rame dan tidur.

Jalur menuju pos 1 malim

Trek dari basecamp menuju pos 1 malim

Tebalnya kabut

Sebetulnya kami bertiga kecewa karena tidak dapat meneruskan hingga puncak sumbing. Tetapi kami berprinsip bahwa keselamatan adalah yang utama, toh gunungnya gak akan pindah-pindah dan dapat diulang lagi dilain waktu. Dan untuk mengobati rasa kecewa kami, esok harinya kami putuskan untuk melakukan pendakian ke gunung yang katanya sekarang jadi favorit para pendaki, ya Gunung Prau!

Jumat, 21 November 2014

Pagi hari yang cerah dan badan rasanya masih mau nembel sama sleeping bag, kami harus bersiap-siap untuk packing ulang dan bersih-bersih. Waktu gue keluar pagi hari sekitar jam setengah 6 pagi, wuush pemandangannya asoy banget. Gunung sumbing terlihat jelas dan tetangganya pun gunung Sindoro juga sangat terlihat indah

Selamat pagi Gunung Sumbing :)

Selamat pagi Gunung Sindoro :)
Beres bersih-bersih, ngeringin carrier dan sarapan, tepat jam 9 pagi kami pamit dari basecamp sumbing menuju basecamp Patak Banteng yang berada di Dieng. Dari basecamp, kami jalan sedikit menuju jalan raya dan langsung ada bus yang menuju terminal mendolo Wonosobo. Sesampainya di Wonosobo, kami pindah bus yang mengarah ke Dieng dan bilang aja sama keneknya turun di Patak Banteng. Sampai di patak banteng kami pun menaruh barang terlebih dahulu untuk solat jumat. Selsai solat jumat, kami pun bersiap-siap dan membayar retribusi sebesar 6rb, dan cuss pendakian pun dimulai.

Persiapan menuju puncak prau
Sebetulnya ini kali keduanya gue mendaki gunung Prau, sebelumnya pada bulan Mei ditahun yang sama. Jalur nya pun masih sama kaya waktu gue dulu ngedaki (yaiyalah) tetapi bedanya pos 1 nya pindah. Seharusnya setelah tanjakan dengan jalur batu itu pos 1, ternyata sekarang berubah menjadi pos tukang ojek yang mengantarkan pendaki dari basecamp menuju pos 1 ojek dengan tarif 10ribu. Jalur dari basecamp menuju pos 1 cukup menanjak. Diawali dengan jalur bebatuan lalu dilanjutkan dengan jalur tanah yang kanan kirinya adalah ladang milik warga. Lama perjalanan kami dari basecamp menuju pos 1 adalah 1 jam perjalanan normal.

Pos 1
Istirahat sebentar dan kami melanjutkan perjalanan dari pos 1 menuju pos 2. Jalurnya tidak begitu curam dan ada sedikit bonus. Sebelum pos 2, ada pondokan yang biasanya digunakan warga untuk berjualan pada saat weekend. Ga perlu waktu lama akhirnya kami tiba di pos 2 dengan pemandangan asoy dari Dieng dan Gunung Sindoro. Pos 2 ini ga begitu luas tapi cukup untuk beristirahat rame-rame sambil menikmati indahnya gunung sindoro. Lama perjalanan kami dari pos 1 menuju pos 2 adalah 30 menit jalan normal dan sedikit berhenti di pondokan.


Setelah beristirahat cukup lama di pos 2, karena setelah pos 2 jalur sangat curam dan sangat menguras tenaga hingga puncak. Kami pun melanjutkan pendakian dari pos 2 menuju pos 3. Jalur nya menanjak banget tetapi sangat rindang sebab ditutupi oleh pohon cemara. Kami banyak beristirahat sebab jalur yang sangat menguras tenaga. Tetapi saat istirahat pun kami diberikan bonus pemandangan daerah Dieng dan telaga warna yang sangat indah dari ketinggian.

Jalur curam dari pos 2 menuju pos 3 hingga puncak
Pemandangan yang asoy
Perjalanan kami lanjutkan dengan melewati tanjakan yang curam dan juga cukup licin karena tanah. Setelah berjibaku beberapa jam karena banyak nya istirahat, kami sampai di pos 3. Pos ini sebetulnya tidak begitu besar untuk beristirahat, justru sebelum pos 3 terdapat lahan datar untuk beristirahat. Pos 3 ini letaknya masih ditanjakan curam dan merupakan batas akhir vegetasi sebelum puncak prau. Lama perjalanan kami dari pos 2 menuju pos 3 adalah 1 setengah jam karena banyaknya istirahat.


Pos 3 ini merupakan batas vegetasi terakhir sebelum puncak prau. Setelah melewati hutan cemara kami pun berjalan di lahan yang terbuka dengan kanan kiri jurang. Jalur dari pos 3 menuju puncak hampir dibilang sangat curam karena jalan menanjak dengan pijakan tanah yang akan menjadi sangat licin bila hujan, ditambah kanan kiri adalah jurang dan ada nya bebatuan. Tetapi sekarang sudah dibuat tangga dari tanah itu sendiri yang ditahan oleh bambu, sehingga ada beberapa jalur yang masih curam dan sudah enak karena melewati tangga. Berjibaku dengan tanjakan akhirnya kami sampai di puncak prau dan langsung mencari spot untuk memasang tenda. Puncak prau merupakan puncak seribu bukit dan masih ada banyak vegetasi seperti pohon cemara. Lama perjalanan kami dari pos 3 menuju puncak adalah 1 jam perjalanan. Kami tiba dipuncak sore hari langsung disambut oleh kabut yang cukup tebal dan sangat dingin. Gunung sindoro dan sumbing yang awalnya menyambut kami saat sampai dipuncak akhirnya tertutup oleh awan dan seketika angin pun bertiup amat kencang.

Sore hari pun tiba, dan memang rencana kami untuk mendaki siang ingin melihat sunset yang katanya ga kalah keren dari golden sunrisenya. Alhamdulillah yang awalnya kami kira tidak bisa melihat sunrise karena awan yang terus bergerak menutupi puncak Gunung Prau, akhirnya sirna juga dengan memperlihatkan sunset yang amat luar biasa dengan pemandangan daerah Dieng.




Kami ga berlama-lama untuk melihat sunset karena tiba-tiba angin kencang dan kabut turun dengan amat tebalnya. Kami pun turun dari bukit menuju tenda masing-masing juga tidak bisa cepat karena pandangan yang amat terbatas sampai headlamp pun susah untuk menembusnya. Malam harinya tidak banyak yang kami lakukan, hanya membuat makanan dan minuman di dalam tenda, ngobrol sama tetangga sebelah dan ga lama ya tidur.

Sabtu, 22 November 2014

Rencananya sesuai jadwal jam 4 pagi kami bangun untuk melihat sunrise yang sangat fenomenal di Gunung Prau yaitu The Golden Sunrise. Tetapi apa daya, jam setengah 5 pagi saja kabut sangat tebal ditambah angin kencang dan kami menunggu hingga jam 6 pagi suasana diluar diselimuti awan putih yang menutupi sinar matahari. Sayang sekali memang kami tidak dapat melihat sunrise yang menjadi primadona gunung ini, akan tetapi kami mendapatkan bonus yang luar biasa yaitu melihat sunset yang ga kalah kerennya dari sunrise. Pagi hari kami hanya membuat sarapan, minuman dan membereskan tenda. Akhirnya sekitar jam 7 pagi matahari pun mulai menyinari puncak gunung prau dan gunung sebelahnya yaitu sindoro dan sumbing mulai menampakan dirinya dengan megah. Ga pake lama kami pun langsung berfoto ria sebab awan selalu menyelimuti puncak prau dan juga sindoro sumbing sebagai latar yang keren.




Puas berfoto kami pun kembali ke tenda untuk segera packing dan turun. Pada pukul 9 pagi kami pun turun dan berpamitan dengan tetangga sebelah yang saling berbagi makanan dan minuman. Perjalanan turun pun ga kalah asoy dengan naiknya. Kami pun lari dari puncak-pos 3-pos 2 dan beristirahat dulu di pos 2. Ga pake lama terus lari dari pos 2 menuju pos 1 hingga ketemu basecamp lagi yang hanya memakan waktu dari puncak ke basecamp 1 setengah jam saja. Di basecamp kami melipir dulu ke warung makan untuk istirahat, mandi dan makan siang karena kondisi basecamp yang sudah mulai ramai sama pendaki. Semua bersih dan packing ulang, beli oleh-oleh buat yang dirumah, kami pun bergegas meninggalkan patak banteng dan bersayonara dengan petualangan yang super sekali.

Tak lupa kami berterimakasih, Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah melindungi kami selama pendakian dari Gunung Sumbing (walau gagal) hingga gunung Prau. Dan juga orang tua kami bertiga yang telah memberikan restu kepada kami, cah cah gemblung. Terimakasih buat Prau yang udah ngasih kesempatan kedua kalinya buat gue untuk menikmati keindahanNya, dan juga buat gunung Sumbing yang udah ngasih pengalaman luar biasa badainya, suatu saat kelak gue akan mencapai puncak mu dan juga tetangga mu yaitu sindoro, amin. Sampai jumpa di pendakian selanjutnya, Salam Lestari!

Komentar