Pendakian Gunung Lawu 3265 mdpl via Cemoro Sewu

Setelah sekian lama kaki ini tidak melangkah ke medan yang terjal, padahal pada saat itu saya sendiri baru saja turun dari gunung Prau (Baca post Pendakian gunung Sumbing dan Gunung Prau kedua kalinya). Saat itu tiba-tiba hati rindu kembali akan ketinggian. Rencana ini digagas sendiri oleh saya dengan mengajak teman-teman setetanggaan, si poci, koya, dan ucit yang dimana akhirnya mereka mau. Pada saat itu, tepatnya bulan November mereka juga baru turun dari Gunung Gede dan seketika saya ajak untuk mendaki lagi ke gunung lain nya. Cari informasi gunung mana yang bisa didaki ditahun 2015 tepatnya karena banyak sekali isu gunung-gunung di pulau Jawa tutup, pilihan kami tertuju kepada gunung yang berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur, gunung yang terkenal akan keangkeran nya seantereo pulau jawa khususnya warga Jateng dan Yogya, gunung yang dikatakan orang-orang memiliki warung tertinggi yang ada di Indonesia. Ya pendakian kali ini tertuju pada Gunung Lawu 3265mdpl.



Pendakian ini awalnya hanya saya, poci, ucit, koya, dan kudis yang akan kesana. Tetapi tiba-tiba kudis ga bisa ikut soalnya ga di ijinin ibunya. Kudis hilang dateng temennya poci yang namanya Dion. Berlima fix tiba-tiba temen kampus gue sia faisal mau ikut juga. Dan ternyata lagi temen SD gue si mamat juga mau ikut. Eh ternyata dan ternyata lagi, ketika saya, poci, koya, ucit, dion, dan faisal sudah sampai di Stasiun Pasar Senen, ternyata si mamat bawa rombongan temennya sendiri yang berjumlah 9 orang. Jadilah kita semua mendaki dengan jumlah 16 orang yang dibagi menjadi dua tim. Padahal awalnya hanya bertujuh saja.

Rabu, 4 Februari 2015

Perjalanan kita laksanakan pada hari rabu sore menggunakan kereta api Brantas yang nanti  nya turun di Stasiun Solo Jebres. Alasan turun di stasiun tersebut karena stasiun jebres cukup dekat untuk menuju jalan raya besar solo dimana terdapat bus untuk menuju Tawangmangu tanpa harus ke terminal Tirtonadi. Cukup jalan kaki dari jebres menuju Hotel Asia, menyebrang, lalu tunggu saja bus yang menuju Tawangmangu. 
Di kereta yang kami lakukan hanya bercanda gokil, tidur, makan, tidur lagi hingga sampai di Solo Jebres keesokan harinya pada tanggal 5 Februari 2015 

Kamis, 5 Februari 2015

Sesampainya di Solo Jebres, kami semua bergegas keluar stasiun dan langsung membeli logistik untuk keperluan pendakian nanti. Di depan stasiun sudah ada pasar yang cukup ramai pada pagi buta itu. Kami pun ditawarkan untuk mencarter mobil Colt untuk langsung menuju basecamp Cemoro Sewu. Kami pun ditawarkan dengan harga awal 35ribu perorang sekali jalan dengan isi 16 orang penumpang. Disini kami berunding dan akhirnya  tawar menawar terjadi, tersepakatlah harga 60ribu perorang PP dari solo jebres-basecamp dan besok nya ditunggu pada siang harinya.

Mobil Colt yang kami carter

Perjalanan dilakukan setelah subuh, kami langsung berangkat menuju basecamp Cemoro Sewu. Selama perjalanan, pemandangan yang disuguhkan sangat indah. Gunung lawu pun dengan gagah menampakan diri seakan-akan mengajak kami untuk menggapai puncaknya.


Gunung Lawu terlihat dari Tawangmangu
Sesaat sebelum sampai Basecamp


Setelah sampai di basecamp, kami melakukan packing ulang dan pemanasan sebentar agar otot tidak begitu kaku ketika mendaki. Sebelumnya kami sudah sarapan di stasiun solo jebres, jadi perut kami tidak perlu diisi kembali ketika di basecamp. Kami semua dibagi dua kelompok dimana kelompok saya terdiri dari mamat, poci, koya, ucit, dion, dan faisal serta kelompok lainnya adalah temen-temennya mamat. Tepat pukul 08.15 kami semua bergegas mendaki gunung lawu.

Dari kiri ada dion, poci, ucit, koya, saya pribadi, faisal, dan mamat

Pendakian awal dari basecamp menuju pos 1 tidak lah begitu terjal. Tanjakan belum begitu curam dan masih banyak sekali bonus. Sebetulnya terdapat sumber air di sekitar pos 1 itu, tetapi kami tidak menemukannya. Selama perjalanan kami disuguhi hutan cemara yang sangat banyak dan indah. Oleh karenanya jalur ini disebut Cemoro Sewu. Lebih kurang 40 menit, kami semua tiba di Pos 1 dan beristirahat sejenak guna memulihkan tenaga karena dari pos 1 menuju pos 2 adalah jalur terlama dan cukup terjal dalam pendakian Gunung Lawu.

Awal pendakian

Perjalanan menuju pos 1

Istirahat di Pos 1

Setelah beristirahat sekitar 15 menit, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Perjalanan menuju pos 2 memang cukup terjal dan menguras tenaga. Sebab jalur sudah mulai beranak tangga sampai-sampai lutut bertemu dengan dada. Selama perjalanan kami sering sekali istirahat sebab banyak diantara kami ada pendaki yang pemula, yang benar-benar pertama kali mendaki seperti dion dan faisal. 



Di tengah perjalanan, kami sampai terlebih dahulu di batu yang cukup fenomenal saat perjalanan dari pos 1 ke pos 2, yaitu Watu Jago. Disana kami tidak berfoto-foto, fokus hanya ingin mencapai pos 2 karena perut sudah kekurangan pasokannya dan waktu sudah hampir tengah hari. Akhirnya setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan selama 2 jam, kami tiba di pos 2 dan langsung memasak guna memasok tenaga.

Tiba di pos 2


Chef kentir koya dan poci

Istirahat di pos 2 sangat lama, sebab kami harus memasak terlebih dahulu dan menunggu teman-teman yang masih tertinggal dibelakang. Setelah 1 jam lebih dikit kita bersiap untuk bergegas menuju pos selanjutnya. Tetapi apa dikata, ternyata mendadak hujan yang cukup deras sehingga membuat kita meneduh di pos 2 lebih lama. Sudah menunggu kurang lebih 30 menit, kami memutuskan untuk bergegas meskipun hunya masih mengguyur. Perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 cukup dekat tetapi juga cukup terjal. Dari pos ini tanjakan sangat mendominasi dan hampir tidak ada bonus. Perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 banyak sekali jalan tembus, tetapi cukup terjal dan licin sebab saat itu kami mendaki pas banget hujan. Lama perjalanan dari pos 2 menuju pos 3 kurang lebih 40 menit jalan santai dan kami berhenti sejenak di pos 3 untuk mengisi tenaga dan mengatur nafas sebab perjalanan dari pos 3 menuju pos 4 hingga sebelum pos 5 adalah jalur terberat dan sangat terjal di jalur cemoro sewu.

Setelah beristirahat 15 menit, kami bergegas melanjutkan perjalanan menuju pos 4. Tanjakan cukup mendominasi saat melakukan perjalanan hingga kita masuk ke dalam hutan yang tidak begitu lebat, tanjakan sudah sangat curam. Tanjakan dari pos 3 menuju pos 4 membuat kami banyak berhenti untuk mengambil nafas ditambah hujan membuat jalur semakin licin. Tetapi syukurlah meskipun tanjakan amat terjal, tetapi jalur seperti batu yang dibentuk tangga sehingga saat melakukan pendakian kami tidak tergelincir, akan tetapi sangat amat menguras tenaga.

Kami banyak melakukan istirahat dari pos 3 hingga pos 4, tanjakan yang terkenal di jalur ini adalah tanjakan pipa. Dinamakan tanjakan pipa sebab tanjakan yang amat terjal tetapi pendaki dibantu dengan adanya pipa-pipa disamping nya untuk membantu mendaki maupun turun. Tetapi sayang sudah banyak pipa yang rusak akibat longsor. Perjalanan selama hampir 1 jam setengah kami sampai di pos 4. Kami terus bergegas tidak berhenti di pos 4, sebab pos nya terbuka tidak seperti pos 1 hingga 3 yang seperti pondokan untuk berteduh dan saat itu kami diterjang hujan yang cukup deras.

Perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 hingga sendang drajat adalah perjalanan yang asoy menurut kami dan menandakan bahwa setiap kenikmatan harus menghadapi yang namanya kesulitan. Sebelum sampai pos 5, jalanan sudah mulai datar dengan pemandangan yang amat indah hingga sendang drajat. Perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 kita akan melewati sumur yang cukup dikeramatkan oleh masyarakat sekitar yaitu sumur Jolotundo. Perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 kami tempuh kurang lebih 30 menit. Sesampai di pos 5 yang ditandai ada 2 bendeng (warung makan) yang biasanya buka setiap sabtu dan minggu (karena pada saat itu tutup hari kamis) kami terus melanjutkan perjalanan menuju sendang drajat yang tidak begitu jauh untuk mendirikan tenda disana dan dekat mata air.

Pemandangan dari pos 5 ke sendang drajat (diambil saat pagi harinya)
Pemandangan dari pos 5 ke sendang drajat saat pendakian (pasca hujan deras)

Perjalanan dari pos 5 menuju sendang drajat konturnya naik turun. Tetapi tetap di dominasi tanjakan yang tidak terjal. Perjalanan hanya membutuhkan waktu 15 menit akhirnya kami tiba di sendang drajat dan segera mendirikan tenda guna beristirahat. Sore harinya kami sempatkan waktu untuk mampir ke warung fenomenal yang digadang-gadang sebagai warung tertinggi di Indonesia, siapa lagi kalau bukan Mbok Yem. Mbok yem hanya menjual makanan besar seperti nasi pecel telor saja. Selain menjual makanan berat, beliau juga menjual berbagai minuman hangat. Bahkan jika kalian tidak membawa tenda, kalian dapat bermalam di Mbok yem. Tetapi inget, tidur di mbok yem itu dingin nya setengah mati karena tidak serapat tenda, jadi tetep harus bawa Sleeping Bag biar ga kena hipotermia.


Dari tempat camp kami di sendang drajat menuju warung mbok yem itu muter banget. Butuh waktu 20 menit hingga sampai sana. Kami memilih camp di sendang drajat dari pada di mbok yem karena sendang drajat adalah mata air satu-satu nya di puncak Lawu, biar gampang aja gitu kalo haus tinggal ngambil air disana. Malam nya kami langsung istirahat karena badan sudah lelah dan kurang tidur. Untungnya udah makan di mbok yem dimana saya pribadi sampai nambah 2x makan. Antara enak, nikmat dan pas banget perut uda berontak.

Jumat, 5 Februari 2015

Pagi hari tiba, beberapa temen gue udah pada summit attack menuju puncak Lawu Hargo Dumilah dari jam setengah 5 pagi, tapi gue baru bangun jam setengah 6. Alhasil, gue koya poci ucit dan mamat menikmati keindahan sunrise gunung lawu yang sangat luar biasa indahnya dari tempat camp kami, sendang drajat. Dari tempat camp kami, terlihat amat jelas gunung Wilis, kota Magetan, Madiun dan jajaran pegunungan selatan. Temen gue sia faisal ternyata udah bangun duluan untuk summit. Doi katanya uda mau bangunin gue, tapi ga tega katanya gue tidur nyenyak banget. Kata dia pemandangan bintang pas summit keren banget. Hamparan jutaan bintang dan sentuhan bulan purnama menjadi pemanis buat summit saat itu. Sayang sekali gue ga bisa melihat itu, tandanya lawu ngasih kode ke gue buat didaki lagi lain waktu :p.

Bulan purnama sesaat sebelumm menghilang
Sunrise
Selamat pagi Gunung Lawu

Setelah menikmati sunrise, kami langsung siap-siap buat sarapan sebagai summit attack ke Hargo Dumilah sekitar jam 9an. Sarapan kami kali ini pun layaknya party, banyak sekali makanan yang kami buat seperti sup, cireng, tempe goreng, ikan goreng, sosis goreng, sambel, nasi. Saking banyak nya, ga habis tu sarapan soalnya yang makan cuma 5 orang.



Tepat jam setengah 9 pagi kami melakukan summit menuju hargo dumilah. Untuk menuju puncak, jalur sebetulnya adalah melalui mbok yem, nanti sebelum disana ada belokan, baru belok kiri. Tetapi itu sangat muter dan jauh. Kami menemukan jalur yang memang cukup cepat dari sendang drajat, tetapi cukup terjal pula. Perjalanan dari sendang drajat menuju puncak cukup hanya 15 menit. Sesampainya di puncak, rasa syukur terhadap Tuhan atas karunia dan keindahan yang Ia ciptakan di tanah ini. Pemandangan sangat luar biasa dari hargo dumilah hanya kami nikmati sebentar. Sebab dari cuaca yang amat cerah, tiba-tiba langsung mendung. Alhasil kami tidak sempat berlama-lama di puncak dan membatalkan rencana kami untuk menuju kijang lawu yang padahal dekat dengan puncak.

Foto saat summit attack (Cc : Faisal Hazami)

Jajaran gunung megah di Jawa Tengah (Cc : Faisal Hazami)


Jalan tembus menuju puncak


Mbok yem atau hargo dalem terlihat dari atas

Alhamdulillah Puncak!


Kijang Lawu yang mulai diselimuti awan tebal

Kami turun sekitar jam setengah 10 dan langsung bergegas menuju camp untuk packing dan kembali menuju basecamp. Sesampainya di camp, cuaca yang tadinya cerah mendadak mendung yang amat pekat, saat itu juga kami mempercepat untuk mempacking, mengisi air, dan benar saja hanya beberapa menit dari itu hujan turun cukup deras dan membuat carrier kita lumayan basah. Setelah packing selsai, sudah pakai jas hujan, tiba-tiba hujan berhenti, dan.....berubah menjadi badai hujan es! Ya, rasanya sakit seperti ditimpuk batu kecil. Kami pun kaget kenapa tiba-tiba terjadi bada hujan es. Tetapi karena niatan untuk turun sudah bulat, kami memutuskan untuk turun jam 10.15 denga terjangan badai es yang sangat sakit.

Kami turun cukup cepat, dari sendang drajat menuju pos 5 hanya membutuhkan 10 menit, lalu dari pos 5 menuju pos 4 hanya 20 menit. Hujan yang makin deras dan berubah kembali dari es menjadi air ketika di pos 4 membuat jalur dari pos 4 menuju pos 3 yang terjal menjadi sangat licin saat turun. Pipa di samping sangat berguna agar pendaki tidak tergelincir oleh batuan yang siap mencongkel engkel anda. Perjalanan dari pos 4 menuju pos 3 memakan waktu 45 menit.

Di pos 3 kami beristirahat sebentar. Tidak lama kami meneruskan perjalanan sebab baju yang sudah basah kuyup membuat saya dan yang lain kedinginan karena diam. Kalau badan sudah basah seperti itu, memang harus banyak gerak dan minimalisir untuk diam agar panas tubuh tetap terjaga dan menghindari dari hipotermia. Perjalanan dari pos 3 menuju pos 2 hanya memakan waktu 15 menit. Di pos 2 kami tidak berhenti dan melanjutkan menuju pos 1.

Perjalanan dari pos 2 menuju pos 1 meskipun turun juga terasa lama saat menanjak. Jalurnya sangat membosankan karena tidak ada pemandangan yang indah di sepanjang perjalanan. Banyak temen kami yang terkilir kakinya di jalur pos 2 menuju pos 1 seperti si ucit dan ikhwan temennya si mamat. Perjalanan 1 jam akhirnya kami tiba di pos 1.

Di pos 1 kami hanya beristirahat kurang dari 10 menit dan melanjutkan perjalanan dari basecamp. Perjalanan dilakukan dengan santai sebab hujan sudah berhenti tetapi beban carrier seakan makin berat sebab basah karena hujan. Akhirnya setelah melakukan perjalanan selama 30 menit dari pos 1 menuju basecamp, kami tiba kembali dibawah. Rasa syukur tanpa batas kami panjatkan ke Allah SWT karena telah melindungi kami mulai dari rumah, pendakian, hingga turun kembali di basecam dengan keadaan sehat walafiat.

Total pendakian kami untuk mendaki gunung lawu melalui cemoro sewu adalah saat naik 5 jam setengah (belum termasuk istirahat yang amat lama total hampir 2 jam) dan saat turun adalah 3 jam tanpa istirahat yang lama dan keep going saja. Jalur cemoro sewu merupakan jalur yang cukup mudah untuk mendaki gunung lawu. Sebab jalur sudah amat jelas dengan susunan batuan rapi mulai dari basecamp hingga sendang drajat. Awalnya kami ingin turun via cemoro kandang, tetapi kami dihimbau oleh pendaki lain jika kemarin hujan, maka jangan turun lewat sana sebab medan yang cukup berbahaya dan licin.

Keindahan alam yang diciptakan Tuhan untuk negeri ini amat lah kaya. Sudah sepantasnya kita bersyukur atas anugerah ini. Tapi ingat, jangan lupa selain kalian menikmati keindahannya, tetapi juga harus mencintainya sepenuh hati. Cara nya simple, cukup jangan ganggu ekosistem disana seperti merusak alam, mengambil edelweis, menggangu hewan, dan pastinya bawa turun sampah mu kembali, oke! Dan satu lagi, selagi kalian masih muda dan mampu, lakukanlah hal-hal yang tidak dapat dilakukan saat kalian menjadi tua sebelum kalian menyesal tidak mempunyai cerita yang sangat spektakuler kepada anak cucu anda kelak ;).

Sekian tulisan saya tentang pendakian menuju Gunung Lawu, semoga bermanfaat buat kalian yang ingin menaklukannya. Karena alam dan Tuhan senantiasa dekat dengan kita, para penikmat alam dan pastinya pecinta alam. Tetaplah bereksplorasi dan salam lestari semua!

Together we'll stand!

Komentar

Posting Komentar