Pendakian Double Summit M2 : Gunung Merbabu dan Gunung Merapi

Setelah dua minggu pasca perjalanan gue menuju Jawa Timur saat itu, sekarang saatnya gue mulai Rock n Roll lagi, Pendakian ini sudah lama di rencanakan, bahkan sebelum puasa gue dan temen-temen sudah beli tiket untuk melakukan ekspedisi ini. Awalnya, kita hanya ingin gunung Merbabu saja, tapi ga tahan melihat godaan gunung sebelahnya yaitu Merapi, seakan "nanggung" jika tidak berkunjung kesana. Maka dari itu, kita semua sepakat untuk melaksanakan ekspedisi bertemakan "Summer Comedy" menuju Merbabu dan Merapi!

Kamis, 13 Agustus 2015

Perjalanan kita mulai hari kamis malam dengan menggunakan kereta api Tawang Jaya tujuan Semarang Poncol. Adapun anggota-anggota belgedes yang mengikuti pendakian ini adalah dari Mapala bentukan temen-temen gue sendiri yang satu kompleks bernama MAC (Mahasiswa Pecinta Alam CUK) yang beranggotakan Arista Bayu (Gue), Ario Bimo (Poci), Arif Rachman (Koya), Anwar Hilman (Kudis), Sebastian Muhammad (Ucit), dan ditambah anggota baru yang katanya ganteng banget yang kontak bbm nya cabe-cabean semua, Muhammad Farhan (Leuntik).
Rencana ini kami mengajak rekan-rekan sepermainan baik dari kampus atau darimana aja yang penting sesama manusia bukan dari golongan jin dsb. Adapun anggota tambahan baru yang ikut dalam pendakian kali ini yaitu Faza (Ateng), Gema, Kachfi (Wabo), Dion, Rizal (Jale), Yusuf (ucup), Hudzaifa (Ujay), dan Yoga. Beranggotakan 14 tentu sangat banyak dan tidak ideal, maka dari itu kita dibagi 3 tim supaya lebih terorganisir. 



Jumat, 14 Agustus 2015

Sesampainya di Stasiun Semarang Poncol, kita semua sudah disuguhi dengan calo-calo berkeliaran untuk menawarkan jasa antar jemput pendaki. Tapi hati-hati, calo disini rada rese sebab selain minta duit ke sopir yang akan kita gunakan jasanya untuk antar-jemput, calo juga minta duit "rokok" ke pendaki.

Setelah sarapan di depan stasiun, Wabo dan Poci mencari Elf atau angkot untuk antar jemput kita. Ga lama kita dapet Elf cukup bagus dengan biaya 600ribu sekali antar menuju basecamp Wekas karena kami akan mendaki melalui jalur tersebut. Setelah selsai drop carrier, kami semua duduk manis menikmati perjalanan, tidur, dan akhirnya perjalanan 2.5 jam, kami tiba di basecamp Wekas.

Kami aklimatisasi terlebih dahulu di basecamp, pemanasan, cuci muka, boker, dsb. Usahakan bawa botol perorang 2 botol air mineral 1.5 liter. Nanti bisa di refiil di pos 2 karena terdapat sumber air disana. Setelah semua beres, packing ulang selsai, pamit ke orang tua, pacar, dsb selsai, kami semua berdoa dan melakukan pendakian dengan tujuan awal Pos Helipad jam 10.30 siang.

Peta pendakian via Wekas (from : Info Pendaki )






Pendakian Merbabu kali ini treknya sangat berdebu sekali. Sudah trek awalnya cukup menguras tenaga, ditambah debu yang berterbangan karena langkah pendaki, mampuslah paru-paru kita saat itu. Terutama temennya si Jale, Ujay, doi uda mental down banget ngeliat tanjakan yang bertubi-tubi, ditambah doi juga baru pertama kali naik gunung. Alhasil temen gue yang kalo lo liat uda kaya bad boy kelas wahid yaitu ucit dengan sabar menemani Ujay di belakang, begitu juga ketua Mapala kita yaitu bang Koya. Perjalanan dari basecamp menuju pos 1 memakan waktu 1 jam lebih dikit saja.

Plang Pos 1
Lahan pos 1

Ga pake lama, pendakian kita lanjutkan menuju pos 2 karena hari sudah semakin siang dan perut sudah terasa lapar. Perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 sangat menguras tenaga, tanjakan yang semakin menanjak ditambah debu yang sangat pekat membuat lelah cepat datang. Ditambah lagi cuaca yang cukup terik, lengkap sudah. Perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 kami tempuh 2 jam lebih karena banyak melakukan istirahat. Sesampainya di Pos 2, kami semua langsung menggelar makanan karena sudah sangat lapar. Oh iya di pos 2 ada sumber air bersih, jadi bisa refil botol yang kalian bawa, mencuci nesting, dsb. 

Pemandangan di pos 2 juga sangat aduhai sekali. Terlihat dari kejauhan puncak Syarif dan Kenteng Sanga seakan melambai-lambai ke pendaki yang sedang istirahat di pos 2. Di sisi timur kita juga bisa lihat puncak gunung Kukusan dengan adanya Tower pemancar dari jalur Cunthel, pokoknya sepanjang jalan memang merbabu itu ajib sekali!

Trek menuju pos 2

Pemandanga di pos 2 (in frame : Menara Pemancar)

Sumber air bersih pake keran

Lembah di Pos 2
Kami cukup lama beristarahat di pos 2 dan sempat berfikir untuk ngecamp disini saja. Tapi sesuai rencana, kita tetap akan camping di pos Helipad apapun yang terjadi, dan akhir nya tepat jam 15.30 kami packing dan melanjutkan untuk menuju pos Helipad. Perjalanan dari pos 2 menuju persimpangan antara jalur kopeng cukup berat. Tanjakan yang sekali lagi aduhai dtambah debu yang aduhai membuat kita nafas agak kesusahan. 

Kita sampai di Watu gede pas mahgrib dan cuaca pada saat itu berubah menjadi buruk. Angin kencang dan jarak pandang terbatas karena kabut tetap kami tempuh dengan tujuan pos Helipad. Berjalan sudah cukup lama dan sudah melewati persimpangan, kita ga nemu-nemu apa itu pos heliped. Justru yang kita lalui jalur-jalur ekstrim dan ada jalur yang udah kaya panjat tebing. 

Perjalanan yang diselingi dengan badai angin tersebut akhirnya kita sampai di tanah yang cukup datar untuk menampung 3 tenda ukuran 5 orang. Ga lama kami mulai saja camp disana padahal kita juga sedikit menggagu karena memakan jalur pendakian. Tapi namanya emergency ditambah temen-temen sudah mulai mental down (Wabo drop, Kudis Adzan, Ujay nyesek, semua kedinginan). Jam 9 malam tenda kita sudah sempurna berdiri ditemani angin yang sangat kencang karena kami mendirikan tenda benar-benar di lahan yang terbuka tanpa ada halangan batu ataupun pohon.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Badai pasti berlalu dan akhir sinar mentari pagi mulai mengintip di balik tenda. Gue bergegas keluar tenda dan JENG JENG...ternyata tempat camp kita itu di pertigaan antara puncak Syarif dan puncak Kenteng Sanga. Pantes aja jalannya lama banget dari pos 2 di tambah jalur yang cukup terjal dan angin yang sangat kencang saat itu, fix kita bukan orang bisa ngecamp di sini.

Puncak Kenteng Sanga di hadapan tenda kita

Gunung Sumbing dan Sindoro yang terlihat jelas

Bayangan segitiga gunung Merbabu

Dari tempat camp kita, menuju puncak Syarif cuma 10 menit, sedangkan menuju Kenteng Sanga kurang lebih setengah jam. Puas menikmati sunrise di tempat camp, gue, ucit, wabo, koya, ateng, dan yoga langsung menuju puncak syarif karena jaraknya yang sangat dekat (kami camp tepat di bawah jalur puncak syarif), sedangkan yang lain pada maih molor karena kecapean kemarin udah jalan hampir 12 jam dari basecamp sampai tempat camp yaitu pertigaan puncak syarif dan kenteng sanga. Dari tempat camp, kita juga bisa melihat jalur yang kita lalui semalam. Memang alig jalurnya dari pos 2 menuju pertigaan ini ditambah malam dan badai angin. Terlihat pula kawah mati merbabu, pos Watu Gede, dan Pos 2 dari tempat camp kita.

Sesampainya di puncak, kami disuguhi pemandangan yang luar biasa pokoknya. Merapi yang sudah melambai-lambai di sebrang sana, ke arah barat Gunung Sindoro, Sumbing, dan Prau juga terlihat berdampingan layaknya suami istri, ke arah utara terlihat gunung Andong, Telemoyo, Ungaran, dan anakan gunung merbabu yaitu gunung kukusan, dan sebelah timur terlihat sangat besar dan gagah nya gunung Lawu. 

Edisi pra kemerdekaan ceritanya

Plang lama

Plang baru

Ngopi + pemandangan gini = Miniatur Surga

Nikmatnya ga ketulungan, gan!

Di puncak syarif ternyata ada satu rombongan yang ngecamp, kata mereka anginnya alig. Ya iyalah ndok, tenda gue di pertigaan puncak aja uda alig anginnya, gimana tenda sampean yang bener-bener di puncak, bener-bener terbuka. Tapi jadinya kita jadi akrab, foto-foto trus bikin video bareng ala-ala mau kemerdekaan Indonesia saat itu.

Puas menikmati keindahan yang di suguhkan oleh puncak syarif, kita turun kembali ke tenda untuk masak sarapan. Turunnya galama, ga ada 10 menit. Sarapan, lenyeh-lenyeh, rencana jam 11 siang packing ulang taunya molor jadi jam 12 siang. Maklumlah, Indonesah gitu loh kalo ga ngaret ga afdol. Setelah packing selsai, tepat jam 12 siang kami bergegas menuju puncak Kenteng Sanga karena akan turun melalui jalur yang beda, yaitu melalui Selo.

Sebelum menyentuh Puncak Kenteng Sanga, ada jalur yang menurut gue agak gemesin, jalurnya adalah menuju jembatan setan. Curam?banget! Jurang?Sebelahnya! Mau gamau kita melewati tanjakan cukup curam sebelum jembatan setan. Sesampainya di jembatan setan, kita harus melewati jembatan itu dengan bagian kirinya adalah jurang. Mana kita bawa carrier sama trashbag, agak repot si makanya. Tapi selaw kok, selama ga panik dan selalu konsentrasi, ditambah sekarang jembatan setan uda ada talinya, jadi tingkat keamanannya terbilang cukup.

Jalur dari tempat camp menuju puncak Kenteng Sanga

Tanjakan curam sebelum jembatan setan

Happy Birthday, jembatan setan!
Jalur setelah jembatan setan
Menurut gue, bukan jembatan setannya yang nyeremin, tapi jalur sebelum dan setelah jembatan setan itulah yang kaya setan beneran. Dari jembatan setan, puncak kenteng sanga udah diatas kepala, perlu perjuangan dikit lagi dan sedikit ngos-ngosan karena cuaca yang sangat terik ditambah tanjakan yang curam, akhirnya kita semua sampai di puncak tertinggi di gunung Merbabu, Kenteng Sanga!

Alhamdulillah 3142 mdpl

Merapi yang ketutupan awan tebal


Inilah kita, para jancukers


Kami di puncak Kenteng Sanga tidak lama seperti di syarif karena ramai dan cuaca yang sangat terik, ga lama kami putuskan untuk segera turun. Turun melalui jalur Selo menurut gue gokil, curam-curam bos turunannya apa lagi petak puncak Kenteng Sanga-Sabana 2, dan Pos 3 - Sabana 1, wah alig lah pokoknya. Kalo nanjak menurut gue malah enak, meskipun curam sekalipun. Nah pas turun itu PR banget, di tambah jalur yang sangat super berdebu membuat langkah gampang kepleset.

Tanjakan/Turunan curam Kenteng sanga - Sabana 2

Istirahat dulu bleh


Pokoknya turun yang paling lama dari anggota kami adalah si Ujay, down mental duluan dia gara-gara ngeliat turunan uda kaya jurang semua. Karena menunggu si Ujay yang lama, kami pun juga jadi ga sesuai rencana sampai di bawahnya. Kami sampai di bawah jam 9 malam kurang, jadi perjalanan turun kurang lebih memakan waktu 9 jam (belum terhitung berhenti cukup lama di kenteng sanga, sabana 2, pos 3). Tetapi yang terpenting adalah kita sampai di bawah dengan keadaan sehat walafiat, semua selamat. Kita langsung menuju basecamp pak Bari untuk istirahat.

Setelah makan, mandi, dsb, kami kongkow-kongkow dulu, ngecengin Ujay yang udah kaya cabe-cabean jalannya selama pendakian Merbabu. Rencana kita setelah turun dari Merbabu, langsung estafet menuju Merapi dengan waktu pendakian dini hari. Tapi apa daya, kita baru sampe di bawah jam 9 malam, alhasil ga mungkin dini hari. Akhirnya kita putuskan tetep naik merapi tektok jam 8 pagi jalan dari basecamp pak Bari. Time to rest for the next ultralight hiking

Minggu, 16 Agustus 2015

Sesuai rencana, kami semua pada bangun pagi, ada yang sarapan, ada yang mandi, ada yang boker. Setelah itu semua, kami bergegas packing ulang dan pamit untuk menuju Gunung Merapi yang ga jauh dari basecamp Pak Bari. Dari basecamp, kami menyewa mobil coltbak yang kebetulan ada di depan basecamp, tawar menawar akhirnya kita dapet harga 10rb/orang sampai New Selo. Perjalanan dari Basecamp Pak Bari menuju basecamp Barameru Merapi tidak begitu lama dengan pemandangan Merapi yang sangat aduhai.

Merapi yang sudah terlihat sangat jelas
Merbabu terlihat selama perjalanan menuju Barameru

Kami tiba di basecamp Barameru dan ternyata masih sepi, ga sesuai dengan prediksi orang-orang dimana Merapi akan sangat ramai pada akhir pekan, ditambah mau edisi kemerdekaaan saat itu. Setelah membayar simaksi yang cukup mahal sekitar 18ribu, kami langsung bergegas menuju New Selo dengan naik Colt bak lagi. Kalo jalan kaki dari Barameru menuju New Selo, lumayan euy. Oh ya yang naik merapi tektok ini ga semuanya ikut, cuma gue, koya, poci, ucit, gema, farhan, kudis, wabo, dan dua temennya si koya yang ketemu di stasiun poncol ama nginep bareng di pak Bari.

Setelah sampai di New Selo, pemandangannya emang alig si Merbabu dan Sindoro Sumbing dari kejauhan. Kita mempersiapkan air, logistik, dsb untuk perjalanan tektok saja dan hanya membawa daypack. Tepat jam 10 pagi, kita melakukan pendakian menuju Puncak Merapi.



Pendakian gunung Merapi memang terkenal ga ada ampun, mulai dari New Selo saja sudah tanjakan yang cukup ngetrek. Padahal gue ga bawa apa-apa, cuma tas selempang aja uda bikin capek. Dari New Selo berjalan 40 menit, akhirnya kita tiba di pos Gerbang Merapi. Disini kami ga berlama-lama istirahat, langsung melanjutkan perjalanan menuju Pos 1. Perjalanan dari Gerbang Merapi menuju pos 1 sangat berat karena tanjakan yang curam dan juga debu yang sangat licin dan pekat ketika bertebaran. Perjalanan dari pos Gerbang Merapi menuju pos 1 memakan waktu 1 jam saja.

Setelah pos 1, trek yang tadinya pasir berdebu berubah menjadi batu-batuan dengan tanjakan yang aduhai curamnya. Mana vegetasi dari pos 1 menuju pos 2 suduh minim. Tetapi selama perjalanan dari pos 1 menuju pos 2, kami disuguhi pemandangan Merbabu yang luar biasa indahnya, jadi lumayan penghilang rasa lelah. Perjalanan dari pos 1 menuju pos 2 memakan waktu 50 menit saja.

Merbabu sebagai pelipur lara

Jalur selepas pos 1 hingga Watu Gajah

Pasar Bubrah dan Puncak Merapi dari Pos 2

Gue, koya, kudis, wabo, dan temen-temennya si temen koya sampe duluan di pos 2, sedangkan ucit, farhan, poci, gema, dan temennya koya masih di belakang. Alhasil kami mencari tempat teduhan untuk meneduh dari sengatan matahari yang sangat terik. Menunggu cukup lama akhirnya mereka semua sampai di pos 2 kecuali poci dan gema yang memutuskan untuk turun selepas pos 1 karena ga kuat. Perjalanan kami teruskan dari pos 2 menuju Pasar Bubrah. Perjalanan dari setelah pos 2, vegetasi mulai hilang dan benar-benar jalur terbuka dengan tanjakan yang masih sangat curam. Perjalanan 40 menit akhirnya kita tiba di pos Pasar Bubrah.

Dari pos pasar bubrah, sudah terlihat amat sangat jelas Puncak Merapi beserta jalurnya, memang sangat menggoda tetapi juga menciutkan mental karena kita melihat dari kejauhan, seakan-akan seperti akan menanjak vertikal.

Puncak Merapi yang sangat dekat

Merbabu dari Pasar Bubrah

Gatau namanya apa, tapi pernah dipake syuting Chris John katanya

Suasana Pasar Bubrah

Masih sepi, debu melimpah, terik, gersang, dsb

Kita di pasar bubrah berasa kaya ga di Bumi, bener-bener lost in earth banget rasanya. Sebelum melakukan pendakian ke puncak, meskipun gue tau itu dilarang, tapi ego gue masih sangat penasaran denga kawah yang pernah memporak-porandakan Yogyakarta disekitarnya tahun 2006 dan 2010. Selain itu, selama gue mempelajari gunung ini via literatur, Merapi merupakan gunung teraktif di dunia dan letusannya bisa mencapai skala 5 Vei (Volcanic Explosivity Index). Oleh karena itu, gue penasaran banget, kaya apa itu kubah lava merapi, bentuk kawah, dan puncak Garuda Merapi yang Mei 2015 kemarin memakan korban jiwa.

Oke, setelah makan persiapan energi, solat, dsb, kita semua bergegas menuju ke puncak. Eits, yang ke puncak ga semua, cuma gue, koya, ucit, wabo, dan temennya si temen koya yang ikut naik keatas. Gue kira trek menuju puncak merapi sama kaya trek Mahameru, ternyata nggak. Trek pasir merapi lebih agak padet dan ga cepet mrosot kaya di Semeru. Ibaratnya, kalo Semeru langkah 5 turun 3, kalo Merapi langkah 5 turun 1, jadi emang enak treknya. Pendakian juga tidak terlalu terjal, tidak seperti pas kita liat di Pasar Bubrah tadi yang seakan-akan kaya vertikal.

Trek menuju Puncak (melihat keatas)

Trek menuju Puncak (melihat kebawah)

Setelah trek berpasir, ga lama kita bakal ngehadepin trek yang sangat enak untuk jalur kaya gini, yaitu trek batu solid. Batunya bener-bener solid, tapi tetep waspada terhadap batu-batu kecil yang sering berguguran karena langkah pendaki. Setelah sampai di trek batuan solid, ga pake lama karena langkah yang pasti, kita sampai di puncak Merapi dengan cepat, hanya butuh waktu 1 jam pas dari pasar bubrah menuju puncak.

Setelah sampai dipuncak, gue ga bisa ngomong apa-apa lagi, antara kagum dan ngeri melihat kawah yang selalu aktif ini dengan skala ledakan yang cukup besar. Maha Agung Tuhan menciptakan Merapi yang indah ini dilihat dari puncak, kawah yang cukup dalam dengan kubah lava yang masih akan terus tumbuh, dan melihat puncak Garuda yang memang primadona para pendaki. Tetapi tetap, gue dan temen-temen hanya sampai puncak bibir kawah merapi saja, itu aja berasa ga di bumi loh, pokokny alig tenan!



Kawah merapi yang membara

Puncak Garuda di ujung sana






Kita ga lama di puncak Merapi, setelah puas menikmati indah dan gagahnya puncak merapi, kita bergegas turun kembali menuju pasar bubrah. Perjalanan turun sangat asik sekali, sama seperti Semeru, cukup srosot aja kaya main ice skatting, hanya perlu 15 menit, kita sampe lagi di pasar bubrah. Sesampainya di pasar bubrah, jam setengah 5 sore kita bergegas turun ngebut menuju New Selo karena pada ga bawa headlamp. Bener aja, jam 6 lebih dikit atau pas mahgrib kita sudah sampai di New Selo, turun hanya 1 jam setengah karena lari kaya trail run, banyak pendaki lain yang bilang kita rada alig soalnya trek lici tapi alhamdulillah ga ada yang kepeleset berarti.

Sesampainya di New Selo, temen-temen gue yang ga pada naik uda calling sama pakde carteran mobil, ternyata pas kita sampe mobilnya uda ada, alhasil langsung pacing carrier ke dalam Elf, makan malam dulu, baru deh kita say good bye dulu kepada Merbabu dan Merapi yang telah memberikan pengalaman yang sangat luar biasa dan ini kali pertamanya gue melakukan pendakian double summit dalam waktu  3 hari, 2 gunung, dan 1 tujuan.


Ada beberapa tips dari gue buat kalian yang mau naik gunung Merbabu atau Merapi ini :

Merbabu
  • Dari stasiun Semarang, uda banyak calo yang nawarin ke basecamp Merbabu baik Cunthel, Wekas, atau Selo. Pilih-pilih dan tawar yang bener, dan usahain jangan tawar menawar di depan calo, langsung ke sopirnya aja.
  • Jalurnya enak, tapi karena kemarau segalanya jadi rada berat. Bawa air yang cukup. Kalo lewat wekas ada sumber air di pos 2.
  • Kalo mau camp di tempat yang kaya gue, dari pos 2 lo harus berjuang capek deh, tapi resikonya ya angin gede. Enaknya, ke puncak syarif deket, ke kenteng sanga ga butuh waktu banyak. Pokoknya gue 10 jam perjalanan dari basecamp itu juga karena nunggu ada temen yang bener-bener lama jalannya.
  • Bawa webbing buat jaga-jaga di jembatan setan kalo carrier atau bahkan kawan jatuh ke jurang. Emang ga dalem jurangnya, paling 3 meter, tapi kan lumayan bisa bikin patah tulang.
  • Kalo turun jangan lari di Merbabu, turunannya via Selo alig-alig dan sangat licin, safety first tetep.
Merapi
  • Kalo mau naik Merapi sehabis Merbabu, sewa mobil bak aja biar murah. Langsung ke sopirnya aja jangan pake perantara pak Bari atau pak Parman.
  • Menurut gue, gunung Merapi cocoknya sebagai Ultralight Hiking Mountain atau gunung untuk pendakian tektok. Melihat dari sejumlah pos, ga ada air, ditambah kalo ngecamp di pasar bubrah itu rasanya wow sekali (baik mistis, angin, dsb).
  • Kalo mau ngecamp, itu pilihan. Tapi saran gue mending camp di Watu Gajah atau selepas pos 2 jalan dikit, itu enak masih ada vegetasi tapi rebutan, siapa cepat dia dapat.
  • Perjalanan naik pas gue hanya 4 jam sudah sampai puncak (ga dihitung istirahatnya) dan turun 1.5 jam saja, makanya gue bilang ini gunung enaknya buat trail running atau ultralight, soalnya sebentar.

Oke deh itu dia pendakian double summit gue sebelum hari kemerdekaan Indonesia tepatnya. Intinya baik pendaki senior maupun junior, jangan pada saling ribut, alam ga peduli lo senior atau junior. Buat yang ngerasa senior, lakukanlah aksi terbaikmu terhadap yang baru mau belajar mendaki yaitu junior, dan yang baru belajar atau junior, tetep belajar dan jangan sekali-sekali buang sampah sembarangan, dan tetep safety first, not selfie first.

Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, jangan ambil apapun kecuali gambar, jangan bunuh apapun kecuali waktu, dan jangan bakar apapun kecuali semangat! Salam lestari dan salam rimba semua, tetap eksplore negeri sendiri dan jaga keindahannya yo!



Merbabu dan Merapi

13-16 Agustus 2015



Komentar

  1. Mantap double summit..
    Cowo semua nih yang jalan?
    Cewe bikin ribet ya :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ber-14 cowo semua haha. Ga juga ah, sebetulnya semua itu cuma pengaruh di mental aja ;)

      Hapus
    2. hhe.. iya juga sih.
      Ditunggu postingan selanjutnya :)

      Hapus
  2. Mantap bangBay, next gabakal nyusahin lagi gue wkwk

    BalasHapus
  3. Umur gue udah gocap sanggup nggak ya... (MM) atau (SS)...hehhee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah kuat bang haha asal membawa perlengkapan dasar pendakian

      Hapus
  4. mau double M nih awal maret.. doakan sukses ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip mba semoga sukses menggapai dua puncak nya ya :)

      Hapus
    2. wah sama nih, rencana 11 atau 18 maret mau naik... tapi cuma merbabu aja, cuma bisa weekend.

      Hapus
  5. mas, itu nyari elf nya di depan stasiun poncol? trus supirnya pasti pada tau jalan ke wekas ya? kan ga lucu harus buka map lagi hahahaha
    btw enakan lewat semarang apa jogja klo mau ke wekas mas?

    makasih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, mau elf atau angkot bisa di carter persis di depan stasiun poncol dan pasti sudah tau jalan soalnya sudah biasa antarjemput pendaki dari stasiun poncol ke Gunung Merbabu di seluruh jalur. Kalo saya pribadi lebih nyaranin lewat semarang aja kalau mau lewat wekas mas, lebih dekat juga :)

      Hapus
    2. Sip sama-sama, semoga sukses ya sampai puncaknya!

      Hapus
    3. mas boleh info kontak supir yg bisa antar jemput dri tawang k basecamp wekas atau selo

      Hapus
    4. mas boleh info kontak supir yg bisa antar jemput dri tawang k basecamp wekas atau selo

      Hapus
    5. Maaf mas saya ga punya kontak supirnya, tapi elf atau angkot pasti ada kok mas di depan stasiun poncol atau tawang buat nganter pendaki ke ungaran atau merbabu, tinggal nego aja bang sama mereka dan calonya

      Hapus
  6. Ada barengan g ya buat mei,berangkat kamis malam dari stasiun senen

    BalasHapus
  7. boleh minta kontak pa bari ga mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf mba baru saya balas, dan mohon maaf juga saya ga punya nomornya pak Bari, tetapi saya ada nomor pak Parman mba 087836352260 :)

      Hapus
  8. Mas, sampai New Selo sehabis turun dari Merapi jam brpaan kmrn? Sampe stasiun di Semarang jam berapaan tuh? Thanks ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf baru saya balas, saya sampai di New Selo lagi sehabis dari Merapi pas banget mahgrib atau jam 6 sore. Lalu saya sampai lagi di Semarang jam 11 malam, itu juga karena kami menggunakan mobil carteran, jadi lebih cepat

      Hapus
  9. istilah untuk pendakian sampe puncak langsung turun itu tik tok ? tek tok ? take top ? si bang ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tek tok, one day hike atau ultralight hiking mas :)

      Hapus
  10. Pas banget nemu catatan ini, karena gue ada rencana double summit bulan Mei nanti. Btw tanggal ke Merbabunya sama kayak waktu gue Merbabu via wekas, tapi waktu itu ga summit... hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sipp Semoga cuaca mendukung ya pas nanti lo kesana. Oh iya mba? Gue waktu itu sebetulnya "kecelakaan" lho bisa2nya camp di deket puncak syarif, padahal rencananya mau di helipad haha

      Hapus

Posting Komentar