Mendaki Gunung Kerinci, Sang Atap Sumatera Yang Menantang : Puncak ke-2 di Indonesia

Keinginan di benak untuk mendaki salah satu seven summits Indonesia mulai muncul lagi di tahun ini. Setelah dua tahun yang lalu gue berhasil mendaki salah satu seven summits Indonesia, yaitu Rinjani pada Juli 2016 silam, mungkin di tahun 2018 gue harus memulai lagi satu seven summits. Impian gue mendaki gunung ini sudah tertanam sejak tahun 2015 tepatnya saat masih kuliah. Mungkin saat itu belom jodoh, dan ternyata jodoh baru kesampean sekarang. Pendakian menuju atap Sumatera yang sangat menantang, Gunung Kerinci 3805 meter di atas permukaan laut.


Untuk pendakian ke Gunung Kerinci kali ini, gue memutuskan untuk ikut Open Trip. Kenapa gue ikut open trip? Pertama, setiap gue nyari barengan kagak dapet mulu di tanggal yang pas ;  Kedua, temen-temen sependakian gue pada ogah naik Kerinci, selain mahal, juga pada takut sama medan nya yang berat ; Ketiga, lagi pengen manja aja sih, berkaca dari pas ke Rinjani 2016 lalu di mana enakkk banget ngeliatin pendaki yang pake porter, dateng di tenda udah disediaiin makanan, kagak perlu bawa berat-berat, enak deh pokoknya. Oh ya operator trip yang gue pake jasanya itu dari TigaDewaAdventure, layanannya oke, guide nya asik + profesional juga, cek aja IG nya ya sisss gue gak mau jelasin lebih lanjut. Gue ikut pendakian yang tanggal 6-11 September di mana gue membayar 1,6 juta sudah ke Gunung Kerinci 2 hari 1 malam, Gunung Tujuh, dan Danau Kaco. Langsung aja ke ceritanya yeeee.

Terbaaaaang


Kamis, 6 September 2018
Perjalanan Jakarta - Padang - Kersik Tuo

Untuk menuju Gunung Kerinci yang berada di Kersik Tuo, gue menggunakan maskpai Garuda yang harganya gak jauh beda dari si raja singa merah. Singkatnya gue sampe Bandara Minangkabau jam 11 siang dan langsung bertemu sama temen-temen sependakian dari Tiga Dewa Adventure. Di bandara ini kita juga ketemu guide kita yang sudah punya lisensi APGI (Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia), yaitu Mas Bram. Sekitar jam setengah 1 siang setelah saling nunggu, kita akhirnya berangkat menuju Kersik Tuo yang akan memakan waktu kurang lebih 6-7 jam perjalanan dengan mobil APV. Adapun temen-temen baru gue dateng dari beberapa kalangan, yaitu :
  1. Pak Agus, seorang bapak-bapak yang sudah kepala 5 dari Purwokerto tetapi punya semangat luar biasa untuk mendaki. Bapak ini  sudah menuntaskan 3 seven summits lho!
  2. Om Ahmad, seorang bapak-bapak juga yang buset dah seterong abis! Om ini berasal dari Bogor dan pernah bekerja di Kalimantan
  3. Bang Naufal, orang asli Blora yang kerjanya di Palangkaraya. Orangnya diem-diem bae dan mendedikasikan diri untuk tidak punya mantan.
  4. Bang Yogie, ternyata orang ini masih kuliah, gue pikir lebih tua dari gue awalnya, bocah dari Semarang
  5. Bang Aris, bocah ini juga masih kuliah, asli ketawa mulu ni orang dikit-dikit nyengir, bocah dari Semarang
  6. Bang Fajar, seorang bapak dari Malang yang sempet-sempetnya video call sama anaknya pas di puncak kerinci.
  7. Mba Puji, seorang ibu-ibu atau mba-mba dari Blok M Jakarta. Perawakan boleh kecil tapi powernya boleh diadu sama porter.
  8. Mba Ina, mba-mba yang asalnya dari Majalengka dan sekarang menjadi warga BSD ini punya langkah yang keciiiil banget tapi pasti dan kagak ada berhentinya, jadi cepet dan sedikit berjiwa porter.
Foto dulu sebelum ke Kersik Tuo

Singkatnya setelah melewati perjalanan yang penuh lika liku, treknya maksudnya, sekitar jam setengah 8 malam kita tiba di basecamp Tiga Dewa atau rumahnya Mas Bram. Oh ya karena besoknya tanggal 7 September kita ke Gunung Tujuh dulu buat pemanasan dan Pendakian Gunung Kerinci baru tanggal 8 nya, jadi gue langsung ke tanggal 8 ya ceritainnya.


Sabtu, 8 September 2018
Mencumbu Sang Atap Sumatera Di Mulai

Kita semua bangun on time jam setengah 6 pagi karena memang rencananya mau jalan jam setengah 7 dari tempatnya Mas Bram. Ehh kita udah siap ternyata masih harus nunggu mobil bak yang tiba-tiba telat, kita pun berangkat dari rumah Mas Bram ke Pintu Rimba sekitar jam 8 pagi. Cuaca saat itu sedang teduh banget soalnya semalem sampe dini hari turun hujan, puncak Kerinci pun gak keliatan karena tertutup awan. Setelah melewati kebun teh Kayu Aro yang supeeeer tjakep, sekitar jam setengah 9 kita sampai di Pintu Rimba batas aspal.

Persiapan menuju Pintu Rimba

Kerinci yang gagah banget!

Jajaran pegunungan barisan selatan sepertinya

Kebun teh Kayu Aro

Gerbang masuk kawasan Gunung Kerinci

Sampai diujung aspal

Jalan sedikit menuju Pintu Rimba

Dari ujung aspal menuju Pintu Rimba tidaklah jauh, hanya memakan waktu 5 menit saja kita pun tiba di Pintu Rimba. Di sini sinyal telkomsel masih kenceng bener, cenderung H+ malah jadi masih bisa kabar-kabaran lah ya sebelum kita shut down all devices guna menikmati keheningan semesta Kerinci. Mulai dari sini, jam 09.00, pendakian menuju atap Sumatera di mulai.

Full team siap tempur

Pintu Rimba




Etape Pintu Rimba - Pos 1 Bangku Panjang
Kerinci masih terasa nyaman

Baru juga mulai masuk ke kawasan rimba Kerinci, kita sudah disuguhi jalur yang berlumpur parah. Beceknya bisa dibilang 11 12 sama jalur Gunung Salak. Perjalanan dari Pintu Rimba menuju Pos 1 masih sangat nyaman dan teduh. Singkatnya setelah berjalan selama 25 menit akhirnya kita tiba di pos 1 Bangku Panjang.

Baru masuk langsung disambut sama jalur berlumpur

Masih cukup datar jalurnya

Pos 1 Bangku Panjang



Etape Pos 1 Bangku Panjang - Pos 2 Batu Lumut 
Masih sama-sama nyaman

Kita istirahat tidak begitu lama di Pos 1, hanya 5 menit saja dan langsung meneruskan ke Pos 2. Jalur dari pos 1 ke pos 2 masih sama-sama nyaman, belum ada tanjakan-tanjakan unyu yang berarti dan banyak banget bonusnya. Singkatnya setelah kita berjalan selama 25 menit akhirnya kita sampai di Pos 2 Batu Lumut.

Jalur masih banyak banget bonus

Pos 2 batu lumut

Papan informasi koordinat pos 2

Etape Pos 2 Batu Lumut - Pos 3 Pondok Panorama
Jalur sudah sedikit mulai panas

Kita istirahat cuma 5 menit lagi dan melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 3. Jalur menuju pos 3 sudah mulai sedikit panas sodara-sodara, tidak seramah jalur dari Pintu Rimba sampai Pos 2. Tanjakan sudah mulai kerasa meskipun tidak terlalu terjal. Di jalur ini lumpur sudah sedikit berkurang, dan berubah menjadi tanjakan-tanjakan yang berakar. Setelah berjalan selama 35 menit, kita pun sampai di Pos 3 Pondok Panorama.

Di pos ini terdapat sumber air yang berasal dari sungai. Katanya jernih banget, tapi waktu itu kami tidak mengambil air di sini karena persediaan masih cukup banyak.

Jalur sudah mulai menanjak

Dominasi akar dan tanah pijakan enak

Pos 3 Pondok Panorama

Terdapat bedeng di sini untuk neduh



Etape Pos 3 Bangku Panjang - Shelter 1
Kerinci mulai memunculkan sedikit taringnya

Setelah ngemil cemilan cepuluh yang di bawa sama porter, kita pun melanjutkan perjalanan menuju shelter 1. Mulai dari sini, Kerinci sudah mulai sedikit ngeluarin taringnya, mayan cok tanjakannya! Baru aja kita jalan, eh udah dihadepin sama tanjakan yang superrrr licin, nanjak + lumpur, anjay banget dah. Abis itu kita juga dihadapkan dengan jalanan yang penuh dengan akar.

Oh ya ada 1 tempat yang disakralkan di jalur ini. Tempat itu merupakan sebuah pohon yang tengahnya berlubang. Jadi kalo kata Mas Bram, ketika melewati tempat ini jangan sekali-sekali foto atau berhenti lama. Pas kita lewat emang cukup unik sih pohonnya, tapi yauda kita turutin perintah Mas Bram dan cukup di memori gue aja ingetnya.

Waktu sudah mau tengah siang dan kita masih di jalur, laper banget bre rasanya. Setelah berjalan selama 1 jam 10 menit, akhirnya kita sampai di Shelter 1! Shelter 1 ini tempatnya cukup luas, dan merupakan check point bagi pendaki yang berencana mendaki 3 hari 2 malam. Terdapat sumber air di sini, view nya juga bagusss, dan ada sinyal! Di sini kita istirahat sekaligus makan siang dengan bekal yang kita bawa dari rumah Mas Bram.

Jalurnya makin menjadi

Dominasi lumpur + akar

Dititik tertentu akan menemukan jalur sempit


Shelter 1!

Tempat camp yang ideal

Papan lokasi koordinat shelter 1

Panorama dari shelter 1


Etape Shelter 1 - Shelter 2
Jalur yang penuh lika-liku dan penyiksaan

Setelah makan siang dan istriahat selama 30 menit, kita melanjutkan perjalanan. Jalur dari shelter 1 menuju shelter 2 merupakan jalur terjauuuh dan juga berat. Normal nya si ya, 3 jam perjalanan lho. Asli dah pas kita dikasih tau waktu tempuhnya segitu dan jalurnya nyos banget, agak sedikit ciut si.

Baru aja mulai jalan, kita sudah dihadapi jalur yang aduhai. Jalur menanjak + tanah becek super banget ditambah juga beberapa kobangan lumpur, ampun deh. Bonus di etape ini sudah sangat sangat minim, full tanjakan berat dan dengan kontur tanah yang becek parah.

Sedikit asem buat kita, pas dipertengahan jalan turun hujan, asli sih rada panik. Paniknya bukan karena hujannya, tapi karena ni jalur bakal jadi sungai dadakan! Keliatan banget soalnya kalo jalur shelter 1 ke shelter 2 merupakan jalur air, makin ampun. Untungnya waktu itu hujan deresnya cuma bentar, abis itu ujan rintik-rintik manja aja deh, kita jadi sedikit lega. Setelah berjalan selama 2 jam 50 menit, sangat diluar dugaan soalnya kirain gue bakal lebih dari 3 jam, akhirnya kita sampe di shelter 2!!! Di sini terdapat sumber air dan lahan camp yang cukup luas.

Baru jalan udah begini!

Ada segala terowongan-terowongan

Nanjak, becek, lumpur, lengkap semua penyiksaan

Banyak-banyakin doa


Lumpur nya tebel cok


Shelter 2!

Packing kaynya




Etape Shelter 2 - Shelter 3
Etape neraka dari Kerinci

Setelah 15 menit istirahat di shelter 2, saatnya kita melanjutkan perjalanan menuju shelter 3 dan sebagai titik poin kita untuk bermalam sebelum ke puncak. Kalo dibilang di mana sih jalur yang paling menyiksa di Gunung Kerinci, gue akan jawab di etape shelter 2 ke shelter 3. Emang sih dari shelter 2 ke shelter 3 gak sejauh dan selama dari shelter 1 ke shelter 2, tapi ya Allah rasanya mau tobat!

Baru jalan dikit aja dari shelter 2, kita langsung dihadepin sama tanjakan yang duhileh ini udah licin, terjal, jancuk banget emang deh. Ada beberapa tanjakan ekstrim dimana kita harus manjat akar, manjat batu berpasir, dengkul ketemu sama jidat, ujung kaki ketemu diafragma, tangan lebih cekatan lagi, macem-macem deh pokoknya. Banyak-banyak berdoa aja. Jalur di sini bener-bener menguji seluruh kemampuan tubuh dan juga menguji mental, jadi ya kalian kuatin dulu tuh fisik sama mental baru mendaki gunung ini.

Beberapa temen gue juga banyak yang dag dig dug der. Asli sih jalur dari shelter 2 ke shelter 3 ini sama sekali belom pernah gue temuin di gunung manapun yang pernah gue daki, even itu salak yang buat gue adalah mbah nya gunung ekstrim, dan sekarang mbah nya gunung ekstrim pindah ke Kerinci. Setelah berjuang manjat memanjat, ujung kaki ketemu pankreas selama 1 jam 30 menit, akhirnya kita semua tiba di shelter 3 yang saat itu view nya lagi cerahhhhh!!!!!

Baru jalan sejengkal tanjakannya udah begini :(((

Sumpah sih ini jalur selokan banget

Lutut gue ampe nyentuh diafragma cuk

Terowongan alami dari flora Kerinci

Agak little bit nyerimin yak

Beneran banyak doa deh lewat jalur ini

Jalur dominasi lumpur - batu - akar - sedikit pasir - kerikil

Deket shelter 3 jalur sudah mulai terbuka
Kata Mas Bram, kita cukup beruntung bisa sampe di shelter 3 tanpa kena hujan yang deres, terutama saat di etape shelter 2 ke shelter 3. Dari pintu rimba ke shelter 3 kita memakan waktu 8 jam 20 menit, sangat cepat kalo kata Mas Bram. Ditambah lagi kita juga cukup beruntung dapet cuaca yang mendung syahdu di shelter 3, asli cok Desa Kersik Tuo keliatan banget!

Saat malem tiba, kita sudah dimasakin oleh porter. Menu saat itu nasi goreng pake telor dan ikan, ndesss banget ditambah sajian kopi yang nikmat. Akhirnya gue merasakan kemanjaan yang gak pernah gue rasa selama mendaki!wkwkwkwk. Malem kala itu langit sedikit mendung tetapi cahaya lampu Kersik Tuo keliatan jelas dan bagussssss, sayang waktu itu gak bisa foto soalnya gerimis dan sumpah cuk dinginnya kebangetan! Setelah bercengkrama bersama, sekitar jam 9 malem kita istirahat guna mengumpulkan tenaga untuk summit yang rencananya jalan jam 3 pagi.

Sebelum shelter 3 jalur sudah terbuka

Mendung-mendung syahdu


Belum full team, sisa 5 orang lagi, ini di shelter 3

Puncak Kerinci yang gagah banget

Mantul lah pokoknya


Minggu, 9 September 2018
Cita-cita itu akhirnya terwujud :))

Kita semua bangun sekitar jam 3 pagi. Sebelum itu gue sempet sedikit buka tenda dan dinginnya cuk, asli nusuk banget. Kita pun packing dengan membawa sedikit cemilan dan perlengkapan kecil-kecil untuk summits seperti jas hujan, obat-obatan, power bank, dan yang pasti senter. Setelah semua sudah bangun dan siap summit, kita dikasih makan kolak dulu. Iya beneran kolak, udah kayak buka puasa aja ya tapi enak bener lho, ini kali pertama gue makan kolak di gunung.

Makan kolak sebelum summit

Etape Shelter 3 - Puncak Kerinci 3805 Mdpl
Melewati rintangan akhir menuju angan

Setelah kita semua berdoa, tepat jam 4.15 pagi kita memulai summit menuju atap nya Sumatera. Bisa dibilang jalur menuju puncak Kerinci ini jauh lebih nyaman ketimbang Semeru dan Rinjani. Bisa dibilang jalurnya itu 11 12 sama jalur ke puncak Slamet via Bambangan, nyaman banget dan ajeg pijakannya. Gak ada tuh drama maju selangkah mundur 5 langkah kalo summit ke puncak Kerinci.

Meskipun jalurnya enak, tapi kita tetep harus hati-hati. Di kanan kiri jalur ini bener-bener jurang yang kalo lo lengah aja bisa langsung nyemplung deh. Saat itu cuaca bersahabat bangetttt, bintang-bintang layaknya ketombe bertebaran di angkasa, asli syahdu bener cuk ngeliatnya.

Saat itu sunrisenya sedikit malu-malu karena cuaca yang sangat berawan namun tetep cerah. Pas matahari terbit baru keliatan deh bagaimana ekstrimnya jalur dari shelter 3 menuju puncak. Posisi kita saat itu sudah di dekat Tugu Yudha. Waktu perjalanan dari shelter 3 menuju Tugu Yudha kami tempuh selama 2 jam.

Pagi kaka itu, cerahnya Masya Allah

Sunset yang sedikit malu-malu

Tugu Yudha

Puncak sudah di depan mata
Sesampainya di Tugu Yudha kita foto-foto terlebih dahulu, bagus banget bray asli. Dari Tugu Yudha juga gue gak nyangka abis ngelewatin jalur yang cadas banget, udah kayak di planet lain aja rasanya. Perjalanan dari Tugu Yudha ke Puncak Kerinci tidak terlalu jauh dan tidak terlalu ekstrim seperti dari shelter 3 ke Tugu Yudha, semua sudah terkendali jalurnya. Setelah berjalan selama 25 menit, Alhamdulillah akhirnya gue bisa menapaki puncak yang udah gue cita-citain dari tahun 2015 silam, atapnya Sumatera, puncak tertinggi ke dua dari 7 gunung tertinggi di Indonesia, gunung api tertinggi di Indonesia dan Asia Tenggara!!!:)))).

Alhamdulillah, sampe!!!! :)

Menikmati landscape dan kawah Gunung Kerinci.

Agak deg-degan sebetulnya di posisi ini

Berasa bukan di bumi!

Danau Gunung Tujuh terlihat sangat jelas
Warga komplek Cimekar

Saat kita sampai puncak, kondisi cuaca alhamdulillah bisa dikatakan semesta mendukung penuh. Cuma, baru beberapa menit di puncak, sekitar setengah jam lebih, eh kita dikasih bom mentah dari kawah Kerinci, yaitu disembur belerang yang sumpah baunya nyengattt banget! Masih mending bau ketek gue deh asli. Gara-gara bom mentah itu kita buru-buru deh daripada tepar kan. Say good bye deh sama Puncak Kerinci, asli si keren banget bro panorama dari puncak tertinggi kedua di Indonesia ini.

Bom mentah sebelah kiri

Kita turun pas posisi cuaca masih cukup cerah. Sesampainya di Tugu Yudha kita istirahat dulu untuk ngopi, padahal rencananya di puncak kita mau ngopi nya, eh gegara bom mentah itu kita urungkan deh dan pindah haluan di Tugu Yudha. Waktu ngopi-ngopi selsai dan kita bergegas untuk turun ke shelter 3, tiba-tiba cuaca langsung berkabut parah cuk asli!

Gunung Kerinci terkenal sebagai gunung yang gak kenal cuaca. Bayangin aja kita ngopi pas cuaca cerah, Kersik Tuo masih keliatan jelas, Gunung Tujuh juga masih keliatan jelas, eh beberapa menit kemudia langsung totally berkabut! Kita pun turun penuh dengan rasa was-was, ngeri kesasar asli cuk. Untungnya sekarang udah ada beberapa tanda ancang-ancang jalur yang benar, kalo nggak mah bisa banget nyasar. Singkatnya setelah berjalan selama 1 jam setengah kita pun tiba lagi di shelter 3.

Suasana sebelum kabut tebel

Turun full berkabut

Butuh kewaspadaan tingkat tinggi

Kasian yang mau muncak cuma dapet kabut doang :(
Sesampainya di shelter 3 kita istirahat sebentar. Sembari istirahat, hujan pun turun, lumayan deres dan membuat suasana semakin PW untuk tidur. Setelah tidur sebentar, kita langsung dikasih makan sop guna energi kita untuk turun. Setelah makan siang dan packing, kita bersiap-siap untuk turun. Sebelum turun, kita foto rame-rame dulu bersama porter dan guide yang udah nemenin kita sampai Puncak Kerinci dengan penuh kesabaran, kalian luar biasa!


Etape Turun, 
Naik Pusing Turun Makin Pusing

Kalo ada yang bilang turun gunung itu enak, gue adalah orang pertama yang akan nempeleng statement itu. Terutama saat turun Gunung Kerinci, ya Allah itu yang namanya antara otak dan otot bener-bener harus sinergi. Apalagi dari jalur shelter 3 menuju shelter 2, naik pegel turun keok, meleset dikit aja udah deh abis lo antara nyungsep atau minimal gelinding.

Selama perjalanan turun gue gak nyatet waktu. Ini pertama kalinya gue konsen bener-bener saat turun gunung. Tapi seinget gue turun dari shelter 3 ke shelter 2 itu sekitar sejam deh. Nah dari shelter 2 ke shelter 1 kita sudah ditabok sama ujan deres. Disini gue pasrah, mau gelinding yauda ngga juga yauda, wong jalannya jadi selokan banget + licin yang amat luar biasa. Kita kena hujan dari shleter 2 hingga pos 3, setelah itu reda. Oke jadi seinget gue kita turun dari shelter 3 jam 11.30 dan tiba di pintu rimba kembali jam 17.30, brarti total kita turun 6 jam. Saat di bawah dan sudah mulai meranjak meninggalkan pintu rimba, saatnya mengucapkan alhamdulillah karena kita sudah sampai dengan selamat saat turun, dan sampai jumpa lagi Kerinci! Keindahan puncak dan keganasan jalurmu akan gue kenang selamanya!

Sampai di bawah dengan selamat, itu yang terpenting

Akhirnya purna tugas juga ya kamu, terimakasih sudah menemani 2 tahun pendakianku :)



Senin, 10 September 2018
Menikmati Kebun Teh Tertinggi di Indonesia 


Setelah mendaki Gunung Kerinci, pagi harinya di benak kita-kita yang terpikir adalah untuk nyuci! Semuanya full sama lumpur mamen, sepatu, celana, carrier, bahkan kaos-kaos bener-bener ternodai sama lumpur. Memang di hari senin ini kita rencannya mau ke Danau Kaco, tapi karena badan capek banget jadinya kita jalan-jalan ke Kebon Teh Kayu Aro dan Rawa Bento di sore harinya.

NYUCIIII

Alhamdulillah cuaca cerah merona

JEMUUUR
Alhamdulillah saat itu cuaca di Kayu Aro cerah banget, jadinya pakaian cepet kering deh. Setelah bersih-bersih, sekitar jam 10 kita jalan ke Kebun Teh Kayu Aro dan Tugu Macan untuk foto-foto doooong. Jarak dari rumah Mas Bram ke kedua tempat tersebut sangat deket, jalan kaki gak sampe 10 menit. Setelah sampe, ya yang pasti kita menikmati dan tak lupa untuk foto-foto dooong, secara bagus dan semesta mendukung banget cuaca cerah maksimal!

Sebelum Tugu Macan

Tugu Macan yang ikonik!

Foto ramean a.k.a full team!
Kebun Teh Kayu Aro

Behind the scene

Preman Kayo Aro
Setelah dari Kebun Teh Kayu Aro, kita melanjutkan perjalanan lagi. Perjalanan tersebut kita akan berkunjung ke daerah rawa-rawa, dan bisa dibilang Amazone nya Kerinci. Mau tau kelanjutannya? Kunjungi aja link ini yaaaa.


--------------------------------------------------------------------------------

Rangkuman lama waktu naik dan turun Gunung Kerinci


Naik


Rumah Mas Bram – Pintu R10 – Pintu Rimba
30 menit (dengan mobil pick up)
Pintu Rimba – Pos 1 Bangku Panjang
25 menit
Pos 1 Bangku Panjang – Pos 2 Batu Lumut
25 menit
Pos 2 Batu Lumut – Pos 3 Pondok Panorama
35 menit
Pos 3 Pondok Panorama – Shelter 1
1 jam 10 menit
Shelter 1 – Shelter 2
2 jam 50 menit
Shelter 2 – Shelter 3
1 jam 25 menit
Shelter 3 – Tugu Yudha
2 jam (tanpa carrier sekaligus menikmati sunrise di jalan)
Tugu Yudha – Puncak Kerinci 3805 Mdpl
25 menit (tanpa carrier)














Turun

Puncak Kerinci – Tugu Yudha
10 menit
Tugu Yudha – Shelter 3
1 jam 30 menit (jalan pelan banget karena berkabut dan medannya gak memungkinkan untuk lari)
Shelter 3 – Pintu Rimba
6 jam (dengan istirahat sekitar 10 menit di shelter 2 dan pos 1)



Tips nya

  1. Buat kalian yang ingin mendaki Kerinci tetapi partner kalian belum ada yang pengalaman naik gunung ini, ada baiknya sih cari informasi lebih lanjut mengenai persewaan kendaraan seperti mobil pick up, informasi medan jalur pendakian, dll.
  2. Kalau ada rejeki lebih, enaknya sih ikut Open Trip, sesimple itu kalo gue ngerasanya. Cukup banyak operator trip ke Kerinci, tinggal pilih aja mana yang sreg
  3. Sepanjang jalur melalui Kersik Tuo, setiap shelter ada sumber air nya, jadi gak perlu bawa air terlalu banyak dari bawah.
  4. Bersiaplah untuk berani kotor dan berani basah semuanya. Karena Kerinci merupakan gunung yang gak kenal cuaca dan jalurnya sumpah kobangan banget!
  5. Haram hukumnya untuk bermalam di pos 1, 2, dan 3. Pos hanya untuk istirahat karena masih wilayah kekuasaan Macan Sumatera.
  6. Mendaki gunung ini idealnya 3 hari kalo tanpa porter. Hari pertama camp di Shelter 1, hari kedua camp di shelter 3.
  7. Jalur paling ngehe dimenangi oleh jalur shelter 1 ke shelter 2 karena jauh banget, licin, dan nanjaknya juga gak ada becanda nya sama sekali.
  8. Jalur terekstrim sekaligus jalur yang gak bikin ngantuk jatuh kepada shelter 2 menuju shelter 3. Gak percaya? Buktiin aja sendiri :p
  9. Perjalanan ke Puncak Kerinci sekarang udah ada patok nya, jadi Insya Allah meskipun berkabut pun kalian gak akan tersesat kalau ngikutin patok itu.
  10. Nikmati aja setiap rintangan, tanam di mindset ini tuh gunung tertinggi kedua di Indonesia dan Gunung Api tertinggi di Indonesia dan Asia Tenggara. Kalo gak ada rintangan yang ekstrim, gak ada cerita dong mwehehehe.

Oke deh itu dia cerita gue mendaki salah satu seven summits Indonesia, atap nya Sumatera, gunung tertinggi kedua di Indonesia dan gunung api tertinggi di Indonesia dan Asia Tenggara. Menurut gue ini gunung emang super banget, super banget jalurnya yang gado-gado mulai dari hutan tropis Sumatera trus berpasir saat menuju puncaknya. Terimakasih banyak buat temen-temen sependakian gue yang udah gua sebutin di atas, gak bakal bisa move on gue dari memori ini hahahaha semoga kita bisa naek bareng lagi, reuni! Kadang kita perlu keluar ke tempat yang bener-bener lost dari semua seperti ke gunung dengan temen-temen sepermainan ataupun yang memang baru kita kenal. Buat apa? Supaya kita tau dan merasakan bahwa kopi dan manusia sama-sama hangatnya ketika di gunung. Salam lestari, bawa turun kembali sampahmu, dan salam secangkir kopi panas semua!









Gunung Kerinci, 8-9 September 2018

Komentar