Pendakian Gunung Lawu Via Candi Cetho : Sisi Lain Keindahan dari Gunung Lawu

Mendaki Gunung Lawu via Candi Cetho merupakan keinginan gue yang sudah lama banget ingin gua wujudkan. Tahun kemarin gue terakhir naik Puncak Salak 2 dan setelah itu gue gak naek-naek lagi. Baru setelah lebaran 2018 ini gue mencoba untuk menjajaki gunung kembali, salah satunya ke gunung yang super banget indahnya, tapi super juga keanekaragaman cerita mistisnya. Oke deh kita lanjutin aja ke ceritanya yo!



Pendakian kali ini gue bersama temen-temen yang bisa dibilang cukup baru. Awalnya kita naek tuh berempat, yaitu ada gue, faisal temen kuliah gue, agus temen waktu naek Guntur via Cikahuripan , dan Irvan temennya si faisal. Eh delalahnya H-1 si faisal gak bisa ikut karena sakit, jadi cuma gue, agus, dan irvan aja deh yang jalan. Kita jalan hari Jumat tanggal 6 Juli menggunakan Kereta Brantas dan tiba di Solo Jebres jam 3 pagi.

Setibanya di Solo kita sudah dijemput oleh jemputan antar pendaki yang udah dipesen faisal jauh-jauh hari. Sebetulnya rada mahal si kita dijemput tapi demi mengefisiensikan waktu yang ada (maklum pekerja masbro) jadi kita naik mobil antar jemput deh. Setelah kita beli persediaan logistik di pasar dekat Stasiun Solo Jebres, sekitar jam 4 pagi kita jalan dan jam setengah 6 pagi kita sudah sampai di Basecamp Cetho dengan pemandangan Lawu yang sangat aduhaiii.

Sampai di Basecamp Cetho

Lawu yang sangat gagah euyy
Kita istirahat sebentar sambil sarapan dan packing ulang. Asli masbro cuaca saat itu dingiiiin banget, padahal udah pagi dan matahari dah terbit tapi tetep masih dingin. Memang si cuaca saat ini sedang kemarau dan Lawu di cap sebagai gunung terdingin saat ini. Dari basecamp pemandangan nya cakep banget cuy, keliatan jelas gunung Merapi dan Merbabu, tapi sayang kalo di foto keliatan kecil banget, padahal kalo diliat secara langsung tuh keliatan gedeeee. Setelah kita selesai packing ulang dan sudah siap semua, sekitar jam setengah 8 pagi dengan berdoa terlebih dahulu dan mengucapkan Basmalah, pendakian Lawu via Cetho kita mulai.

Gunung Merapi dan Merbabu dari kejauhan

HARI PERTAMA, SABTU 7 JULI 2018
PENDAKIAN YANG CUKUP MENGURAS TENAGA DAN MENTAL



ETAPE BASECAMP - POS 1 MBAH BRANTI
55 menit aja, masih awal

Perjalanan dari Basecamp ke Pos 1 Mbah Branti jalurnya masih lumayan enteng. Nanti setelah melewati gerbang Candi Cetho kita harus registrasi dulu dengan mencatatkan nama kita dan meninggalkan 1 KTP perwakilan. Untuk retribusi hanya 15rb saja. Dari pos registrasi jalur sedikit menanjak dan nanti kita akan melewati Candi Kethek yang saat itu sepiiii banget.

Setelah melewati Candi Kethek, kita memasuki ladang penduduk dengan jalur yang menanjak kalem. Dari sini pemandangan indah lereng Lawu terlihat sangat jelas, terlihat juga betapa jauhnya perjalanan yang akan kami lewati nanti. Setelah berjalan selama 55 menit akhirnya kita tiba di pos 1. Di sini terdapat sumber air dari pipa bocor dan bedeng untuk neduh. Jalur dari basecamp menuju pos 1 tidak begitu menanjak, cocok untuk pemanasan.

Mulai pendakian

Masih banyak bonus nya

Candi Kethek

Lereng Lawu terlihat dari ladang warga

Jalur didominasi tanah yang enak dipijak

Pos 1, saat itu ada diklatsar Sispala Madiun

ETAPE POS 1 - POS 2 BRAK SENG
45 menit, lebih ringan dari jalur sebelumnya

Kita tidak memerlukan waktu lama untuk istirahat, langsung gaspoll menuju Pos 2. Kontur jalan dari pos 1 menuju pos 2 sudah mulai menanjak dan sudah masuk ke kawasan hutan Lawu. Pijakan masih berupa tanah yang cukup padat dan enak banget buat diinjek. Singkatnya kita tiba di pos 2 setelah berjalan selama 45 menit dari pos 1, cepet kan? Oh ya jalurnya juga lebih ringan dibanding dari basecamp menuju pos 1. Di pos 2 ini bisa memuat 3-4 tenda kapasitas 5 tetapi tidak ada sumber air.

Jalurnya enak, padet banget

Suasana hutan lawu

Sampai!

Pos 2 terdapat bedeng untuk berteduh

ETAPE POS 2 - POS 3 CEMORO DOWO
1 jam 22 menit, udah mulai berasa ni panasnya

Kita juga gak perlu istirahat lama di sini, langsung melanjutkan perjalanan ke pos 3. Oh ya jalur dari pos 2 ke pos 3 ini lumayan panjang namun tanjakannya masih terkendali. Namun yang bikin capek kita bertiga dari jalur ini adalah jalurnya udah berubah jadi debu di pertengahan jalan! Buset dah itu yang namanya debu ngebul banget setiap kita ngelangkah, bikin nyesek. Kita juga sempet istirahat di pertengahan jalan karena laperrrr dan cukup menguras tenaga juga sih jalurnya. Singkatnya setelah berjalan selama 1 jam 22 menit termasuk istirahat, kita tiba di sumber mata air sebelum pos 3 dan menjadi sumber mata air terakhir di jalur Cetho ini.


Jalur udah mayan nanjaknya

Deket pos 2 masih tanah padet, di pertengahan berubah jadi debu

Isi isi

Ini nyawa kita terakhir ni

Sebetulnya kalo musim hujan ada sumber air berupa genangan di Gupakan Menjangan, tetapi karna sekarang musim kemarau, alhasil kering deh di sana. Jarak dari mata air ke pos 3 itu deket banget, cuma 2 menit palingan. Oh ya setelah pos 3 merupakan jalur terberat dari Lawu via Cetho ini, jadi kalo kalian fisiknya kurang prima atau kurang yakin, kalian bisa camp di pos 3 yang muat cukup banyak tenda.

Oh ya ada pengalaman unik ketika kita mengambil air di pos 3, yaitu kita disamperin dan ditungguin oleh Jalak gading. Katanyaa si kalo setiap pendaki yang disamperin oleh Jalak Gading ini insya Allah selamat dan diterima oleh Gunung Lawu, wallahualam bissawab.

Jalak Gading yang nungguin kita ngambil air

Tenda sebelum pos 3

Pos 3

Bisa menampung beberapa tenda



ETAPE POS 3 - POS 4 PENGGIK
1 jam setengah yang sangat menguras tenaga

Sekitar jam 11.10 kita melanjutkan perjalanan dari pos 3 menuju pos 4. Jalur ini merupakan etape terberat dari jalur Lawu via Cetho. Bener saja, baru jalan kita udah disuguhi tanjakan full tanpa bonus sama sekali. Terlebih jalur pada saat itu lagi berdebu hebat, makin menjadi susah atur nafasnya.

Gue, agus, dan irvan berkali-kali berhenti melewati jalur ini. Sumpah cuk ntah kenapa gue juga ngerasa ini jalur berat banget, entah karna gua udah lama gak naik gunung atau karena jalurnya yang berdebu parah jadinya susah buat nafas. Di tambah lagi jalur pos 3 ke pos 4 juga sudah sedikit terbuka, jadi matahari terik bener-bener kena kita banget. Dari sekian banyak pemberhentian akhirnya perjalanan 1 jam 30 menit dari pos 3, kita pun sampe di pos 4.

Kondisi pos 4 berada di tanjakan terjal dan di dekat bedeng ada lahan untuk diriin dua tenda kapasitas 4-5 orang. Di atas pos 4 juga masih ada beberapa lahan yang dapat di manfaatkan untuk mendirikan tenda apabila kalian mulai kelelahan dan enggan melanjutkan perjalanan.

Kondisi jalur sudah terbuka dan berdebu parah

Istirahat terosss

Pos 4! 

Lahan tenda di bawah bedeng pos 4

ETAPE POS 4 - POS 5 BULAK PEPERANGAN
1 jam 40 menit dengan pemandangan yang luar biasa indahnya

Setelah badan dirasa cukup fresh, sekitar pukul 13.05 kita melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya. Jalur awal menuju pos 5 ini terbilang masih cukup berat dengan melewati tanjakan terjal sekitar 4 atau 5 tanjakan. Setelah melewati tanjakan yang cukup sadis itu akhirnya kita dapet BONUSSSS. Yap jalur dari pos 4 ke pos 5 ini variasi, tanjakan terjal - bonus banyak - view cakep - tanjakan terjal lagi - sabana.

Di jalur bonus dengan leluasa gue bisa liat lautan awan yang bener-bener indah cuk. Karena kita kesenengan pas lewat jalur bonus, kirain bakal gini terus sampe pos 5, eh ternyata kita kudu nanjak lagi dengan tanjakan yang cukup ngetrekkk. Mendekati pos 5 kita akan melihat pemandangan luas dengan lautan awan yang sangat indah, bener-bener obat capek ketika kita sudah melewati beberapa jalur yang cukup berat.

Bonussss

Ini baru bonus yang sangat luar biasa

Beberapa meter sebelum pos 5, kita akan melewati sebuah sabana dengan pemandangan yang bener-bener keren! Lo mungkin bakal ratusan kali nyebut Masya Allah karena memang bener-bener indah mamen! Di sini kita istirahat sambil makan siang dengan bekal nasi goreng yang kita beli dari Basecamp. Awalnya kita mau makan di pos 5 aja sekalian di tenda, tapi karna badan capek trus sekalian melihat ciptaan Allah yang indah banget ini, kenapa harus tunggu nanti.

Sabanaaaaa, not fried chicken yak

Lautan awannya itu lho

Lokasinya tidak jauh dari pos 5

Masya Allah
Lautan awan yang megah

Setelah makan siang kelar, alhamdulillah sekitar jam 14.45 kita sampai di pos 5 dengan perjalanan 1 jam 40 menit dari pos 4. Oh ya waktu itu termasuk sama makan siang ya, jadi kalo kita gak makan siang paling ya sekitar 1 jam 10-20 menit gitu dehh. Awalnya kita mau camp di Gupakan Menjangan, tetapi karena fisik yang udah kekuras abis-abisan, jadinya kita camp di pos 5 Bulak Peperangan aja.

Menurut gue pos 5 ini merupakan salah satu pos terindah selama gue menapaki gunung, khususnya di Gunung Lawu ini. Pos yang berada di antara lereng dan ujungnya merupakan lautan awan lepas bener-bener ngasih kesan yang indah banget. Ditambah gue juga terkagum-kagum dengan cerita di pos ini bahwa dulu pasukan Brawijaya V dari Majapahit bertempur hebat dengan pasukan dari Kerajaan Demak dan Pasukan Cepu. Jadi di pos ini lo bisa menikmati sisi lain keindahan Gunung Lawu dan berimajinasi gimana jaman dulu orang bisa perang di atas gunung, dan lo menapaki lokasi itu sekarang.

Pos 5

Cakepp banget lembah Bulak Peperangan ini


Mangcappp

Setelah tenda sudah berdiri sempurna kita istirahat dulu sebentar tapi gak tidur soalnya kita mau nikmatin sunset dulu. Oh ya FYI aja ya padahal waktu itu matahari teriknya setengah ketam tapi dinginnya bener-bener deh, kayak jam 9 malem. Pas udah di golden hour yaitu sekitar jam setengah 6 sore, kita jalan lagi ke sabana pertama untuk menikmati sunset. Alhamdulillah kita dikasih sama Allah sunset yang keren banget! Sunset kedua gua selama naik gunung dan sunset terkeren pertama selama naik gunung hingga saat ini!


Sunset nya itu lho

Sedikit demi sedikit menghilang dari cakrawala

Ademmmm
Setelah matahari telah terbenam kita kembali lagi ke tenda. Selama di tenda itu anginnya lumayan kenceng + dinginnya bener-bener kacau. Padahal, langit saat itu bener-bener cerah, bintang-bintang sama sedikit keliatan milky way cuk sumpah padahal masih jam 7 malam saat itu. Tapi karna kita dah capekkk setengah ketam + udara di luar bener-bener dingin banget, alhasil kita istirahat aja untuk memulihkan tenaga guna meneruskan perjalanan esok hari.


HARI KEDUA, MINGGU 8 JULI 2018
LAWU MEMPERLIHATKAN SISI LAIN KEINDAHANNYA

Kita berencana untuk jalan jam setengah 4 pagi menuju Puncak Lawu, tapi apa daya kita malah baru bangun jam setengah 5 pagi. Mungkin karna kita capek banget trus cuaca saat itu dinginnya minta ampun, jadi makin nyenyak bobok kita. Sebelum summit kita bikin makanan kecil-kecilan + buat air hangat supaya badan lebih oke. Tepat jam 5 pagi kita mulai summit attack di mana cuaca saat itu cukup berkabut.

ETAPE POS 5 - GUPAKAN MENJANGAN
10 menit dengan oksigen yang super tipis.

Untuk pertama kalinya selama gue mendaki gunung, gue menghirup oksigen yang amat tipis saat summit attack. Asli cuk jarak dari pos 5 ke Gupakan Menjangan tu sebetulnya deket pake banget, tapi karena oksigen yang tipis jadinya kita bertiga sering berhenti untuk mengambil nafas dalam-dalam.

Oh ya jalur dari pos 5 ke Gupakan Menjangan adalah jalur ternyamannn selama pendakian via cetho ini. Setelah melewati tanjakan pos 5 macem tanjakan cinta mini Semeru, kita akan dihamparkan sebuah sabana yang cukup luas sebelum Gupakan Menjangan. Baru setelah masuk ke hutan cemara, kita sampai di camp area Gupakan Menjangan. Perjalanan dari Pos 5 menuju Gupakan Menjangan hanya memakan waktu 10 menit saja tanpa carrier.
Pos 5 dilihat dari tanjakan cinta Bulak Peperangan (diambil saat turun)


Sabana sebelum Gupakan Menjangan (diambil saat turun) 

ETAPE GUPAKAN MENJANGAN - PASAR DIENG

50 menit menikmati sisi lain keindahan Gunung Lawu.

Kita tidak perlu istirahat cukup lama untuk melanjutkan summit attack. Untuk menuju puncak Lawu kita harus melewati Pasar Dieng terlebih dahulu yang terkenal sebagai pasar setan nya Gunung Lawu. Setelah melewati camp area Gupakan Menjangan, kita langsung dihadapkan dengan sabana yang luasssssss banget cukkkk, itulah Gupakan Menjangan yang sesungguhnya.

Gupakan Menjangan! (diambil saat turun)


Luas banget ini sabana sumpah (diambil saat turun)

Tjakepp (diambil saat turun)
Sumber air Gupakan Menjangan yang kering (diambil saat turun)

Setelah melewati Gupakan Menjangan, kita akan naik bukit yang tanjakannya cukup lumayan. Setelah berjalan selama 50 menit karena kita banyak berhenti, ngambil napas panjang cuk oksigen tipis soalnya, akhirnya kita tiba di Pasar Dieng. Oh ya kita menikmati sunrise sejenak di sabana dekat Pasar Dieng. Dari Pasar Dieng sudah terlihat jelas Warung Mbok Yem dan Puncak Hargo Dumilah, tinggal sedikit lagi cuk!

Pasar Dieng Lawu

Batuan mendominasi di sini

Menikmati sunrise sejenak di sabana setelah Pasar Dieng

ETAPE PASAR DIENG - HARGO DALEM
15 menit yang sangat indah

Setelah puas foto-foto sambil menikmati sunrise di dekat Pasar Dieng, kita lanjutkan perjalanan kembali ke Puncak Hargo Dumilah Lawu. Dari Pasar Dieng sudah terlihat jelas Warung Mbok Yem atau Hargo Dalem. Gak perlu waktu lama, cukup 15 menit aja, bahkan bisa si kurang dari itu soalnya kita jalan super nyantai sambil menikmati sisi lain keindahan Lawu dan melihat gagahnya puncak Hargo Dumilah dan Hargo Tiling.

Sesampainya di Hargo Dalem, awalnya kita mau masuk gitu kan ke sebuah bangunan macem pertapaan gitu, tapi gak jadi, ngeri cuk. Oh ya Hargo Dalem ini digadang-gadang sebagai tempat moksa nya Prabu Brawijaya V dan saksi sejarah runtuhnya Kerjaan Majapahit kala itu.

Puncak Hargo Dumilah, di bawahnya adalah Hargo Dalem

Hargo Dalem

ETAPE HARGO DALEM - HARGO DUMILAH
30 menit melihat keindahan Gunung Lawu dari puncak tertinggi nya.

Kita tidak berlama-lama di Hargo Dalem, langsung mencari jalur untuk menuju Puncak Lawu yaitu Hargo Dumilah. Jalur menuju Hargo Dumilah ada beberapa cabang ya, bisa dari Mbok Yem, bisa dari tempat pertapaan Hargo Dalem itu, bahkan bisa juga dari Sendang Drajat. Pokoknya kalo udah keliatan tugu di atas brarti itu adalah Hargo Dumilah dan kita tinggal naik aja terus ngikutin jalur yang ada.

Perjalanan dari Hargo Dalem menuju Hargo Dumilah didominasi oleh bebatuan dan cukup terjal. Tapi karena saat itu cuaca cerah banget, jadi selama perjalanan menuju puncak kita bisa melihat lautan awan dan gugusan gunung-gunung raksasa yang ada di Pulau Jawa. Ada bonus buat kita yaitu melihat beberapa embun yang hampir menjadi es, lalu pada saat kita kesini merupakan musim Edelweiss, jadinya macem kebon edelweiss di atas awan, indah banget!!!

Edelweiss nya mekar!

Ciamik banget kan ya

Ada sedikit embun yang hampir menjadi es

Buah berry yang layak makan

CERAHHHH

Setelah berjalan hampir 30 menit atau jam 7 pagi, alhamdulillah kita bertiga sampai juga di puncak tertinggi Gunung Lawu, Hargo Dumilah! Cuaca saat itu bener-bener cerah, sampai-sampai kita bisa melihat dengan jelas jajaran gunung raksasa di Jawa Tengah yaitu Merapi, Merbabu, Sumbing, Sindoro, Telemoyo, Andong, dan Prau. Lalu juga jajaran gunung raksasa di Jawa Timur seperti Wilis, Arjuno Welirang, Kawi, dan bahkan Semeru pun terlihat sangat jelas! Saat itu puncak Hargo Dumilah lagi ramai, tapi gak sampe sesek banget soalnya mungkin para sunrise hunter udah pada turun.

Hargo Dumilah!

Ngantri foto di plang nya

Gunung-gunung di Jawa Timur
Gunung-gunung di Jawa Tengah

Sabana di bawah Hargo Dumilah

Puncak Tiling kalo gak salah namanya
Setelah dari Puncak Hargo Dumilah, kita akan menuju Mbok Yem terlebih dahulu sebelum balik ke tenda. Rasanya gak afdol cuy kalo kita udah ke Lawu tapi gak beli nasi pecel nya Mbok Yem, lagian mayan kan buat energi kita balik ke tenda lagi. Kita gak begitu lama di Hargo Dumilah, hanya setengah jam saja sudah sangat puass untuk menikmati dan mengambil foto. Tepat jam 07.30 kita turun dari Hargo Dumilah menuju Mbok Yem yang berada di Hargo Dalem.

Hanya membutuhkan 15 menit saja kita pun tiba di Mbok Yem. Saat itu warung Mbok Yem lagi gak begitu rame, mungkin sudah banyak pendaki yang mulai turun. Kita pun pesen nasi pecel telor yang memang makanan khas dari Mbok Yem. Oh ya waktu itu kita ketemu dengan Mbok Yem, tetapi lagi masak telor ceplok, jadi gak kita ajak ngobrol deh. Dengan 12ribu rupiah kita sudah mendapatkan nasi pecel telor yang nikmatnya tiada tara....

Nasi Pecel Telor Mbok Yem
Setelah kenyang makan nasi pecel telor Mbok Yem, jam 8.15 kita turun menuju tenda kami yang berada di Pos 5 Bulak Peperangan. Perjalanan turun, khususnya pas kita lewat Gupakan Menjangan, ternyata cakeppp banget cuk! Asli si pas kita summit cuma liat kabut, eh pas turun pemandangannya ajib gini (foto-foto Gupakan Menjangan sudah ada ya di atas, jadi gak gue upload lagi). Singkatnya setelah berjalan 1 jam 10 menit, itu juga udah foto-foto buanyak banget di Gupakan Menjangan dan di deket Bulak Peperangan, kita pun sampai di tenda.

Sesampainya di tenda, kita masak dulu baru packing. Cuaca saat itu cerah banget, malah cenderung panas, terik, tapi anginnya dingin, kan suekk ya. Setelah beres makan kitapun packing, dan sayonara dengan tempat camp kita yaitu pos 5 Bulak Peperangan yang ciamik banget ini. Tepat jam 11.10 kita mulai turun.

Makan dulu baru turun


ETAPE TURUUUUN

Oke gue buat singkat ya, namanya turun siapa si yang mau lama, mau langsung sampe basecamp trus ngehubungin orang tua sambil makan pentol panas kan yeee. Dari pos 5 menuju pos 4 kita berjalan selama 40 menit saja dan istirahat cuma sebentar di pos 4. Dari pos 4 menuju pos 3 kita berjalan juga selama 40 menit saja, tetapi kita istirahat cukup lama di pos 3 untuk solat dan minum-minum anget, laper mendadak cuy. Dari pos 3 menuju pos 2 kita berjalan selama 25 menit. Dari pos 2 menuju pos 1 kita berjalan selama 25 menit juga. Dan alhamdulillah kita sampai di basecamp jam 15.35 atau berjalan selama 4 jam 25 menit di mana 1 jam kita gunakan untuk istirahat di pos 3.


--------------------------------------------------------------------------------

Berapa lama waktu untuk naik dan turun?


Naik

Etape Basecamp – Pos 1 Mbah Branti
55 menit, jalur masih ringan
Etape Pos 1 – Pos 2 Brak Seng
45 menit, jalur masih ringan
Etape Pos 2 – Pos 3 Cemoro Dowo
82 menit / 1 jam 22 menit, jalur jauh tapi lumayan ringan, lama karena kita ngemil dulu di tengah jalan.
Etape Pos 3 – Pos 4 Penggik
90 menit / 1 jam 30 menit, paling berat minim bonus, banyak berhenti buat istirahat
Etape Pos 4 – Pos 5 Bulak Peperangan
100 menit / 1 jam 40 menit, jalur variatif, paling indah, lama karena makan siang dulu.
Etape Pos 5 – Gupakan Menjangan (Tanpa Carrier)
10 menit, jalur ringan dan dekat.
Etape Gupakan Menjangan – Pasar Dieng (Tanpa Carrier)
50 menit, banyak istirahat, jalur variatif namun ringan.
Pasar Dieng – Hargo Dalem (Tanpa Carrier)
15 menit, jalur dekat, banyak bonus
Hargo Dalem – Hargo Dumilah (Tanpa Carrier)
30 menit, jalur terjal namun sangat indah.



Turun

Hargo Dumilah – Mbok Yem
15 menit
Mbok Yem – Pos 5 Bulak Peperangan
70 menit, banyak foto-foto cuy cakep bener ini jalur
Pos 5 – Pos 4
40 menit
Pos 4 – Pos 3
40 menit
Pos 3 – Pos 2
25 menit
Pos 2 – Pos 1
25 menit
Pos 1 – Basecamp Cetho
30 menit


Tips nya ni coy


  1. Buat yang belum tau, jalur Cetho merupakan jalur terpanjang dari 2 jalur yang ada di Gunung Lawu yaitu Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang. Namun, jalur ini merupakan jalur yang paling indah di antara 2 jalur tersebut.
  2. Apabila kalian dari Jakarta, kalian bisa turun di Stasiun Purwosari, Solo Balapan, maupun Jebres. Dari ketiga stasiun itu bisa naik angkutan umum atau pake jasa antar jemput pendaki macem gue biar gak ribet namun agak mahal kalo orangnya dikit.
  3. Jalur Cetho memiliki 2 sumber air, yaitu di pos 1 dan 50 meter sebelum pos 3. Airnya cukup deras karena berasal dari pipa penduduk lokal.
  4. Sebetulnya di Gupakan Menjangan ada air musiman, biasanya pas di musim hujan. Kalo kemarau macem gini dah pasti kering. Malah kadang-kadang pas musim ujan juga suka kering lho. Jadi sebaiknya kalian menanyakan terlebih dahulu ke petugas Cetho apakah sumber air di Gupakan Menjangan ada atau kering.
  5. Tempat camp terbaik ada di Gupakan Menjangan, posisinya enak di bawah pohon cemara jadi gak kena angin langsung. Kalau di pos 5 juga enak tapi bakal kena angin lembah yang dinginnya lumayan.
  6. Kalau dari pos 3 kalian berfikir tidak yakin untuk meneruskan pendakian, sebaiknya kalian camp saja di pos 3. Karena jalur dari pos 3 ke pos 4 itu berat, dan lahan camp di pos 4 itu sedikit banget. Selain itu camp di pos 3 cukup ideal karena deket dengan sumber air.
  7. Jalur dari pos 5 menuju Puncak Hargo Dumilah itu jelas meskipun ngelewatin sabana Gupakan Menjangan yang luas banget. Jalan malem masih aman asal ngikutin jalur dan petunjuk yang ada.
Oke deh itu dia cerita pendakian gue ke Gunung Lawu via Candi Cetho. Buat kalian yang tertarik untuk melewati jalur ini, persiapkan fisik seprima mungkin ya. Jangan lupa untuk selalu membawa sampah kalian turun meskipun itu cuma puntung rokok atau bungkusan permen. Sekian dari gue, salam ransel dan salam lestari semua!


Gunung Lawu Via Candi Cetho
7-8 Juli 2018



Komentar